Senin 25 Jan 2021 18:38 WIB

Kegagalan Tracing di 11 Bulan Penanganan Pandemi

Jumlah kontak yang bisa ditelusuri dari tiap pasien Covid belum penuhi standar WHO.

Petugas medis membantu pasien Covid-19 memasuki mobil ambulans. Sesuai standar WHO seharusnya dari tiap pasien positif Covid-19 dilakukan upaya tracing atau penelusuran ke minimal 30 orang yang kontak dekat.
Foto:

Bukan cuma masalah penelusuran yang menjadi masalah. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin beberapa waktu lalu mengatakan selama ini Indonesia salah menerapkan sistem pemeriksaan atau testing Covid-19.

Meskipun tes di Indonesia telah melampaui standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hasil tes mandiri berpengaruh pada jumlah kasus Covid-19 yang terus bertambah di Indonesia. "Testing, tracing, dan treatment serta isolasi bagaikan menambal ban bocor. Tapi kita kan tidak disiplin. Cara testingnya kita salah," ujar Budi dalam acara "Vaksin dan Kita" yang diselenggarakan Komite Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Daerah Jawa Barat, Jumat (22/1).

Menanggapinya, ahli epidemiologi Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, menjelaskan, pemahaman Menkes mengenai testing tersebut kurang tepat.  Ia menjelaskan bahwa dalam tes penyebaran virus, memang terdapat active case detection (deteksi aktif) melalui contact tracing yang terinfeksi virus, serta passive case detection yakni tes mandiri yang diambil berdasarkan kebutuhan masyarakat. Misalnya ketika merasa telah tertular atau untuk bepergian.

"Tes kita memang tercampur antara deteksi aktif dan pasif untuk monitoring. Itu boleh seperti itu," ujar Miko.

Kedua tes tersebut, kata Miko, memang seharusnya dilakukan untuk mengetahui penyebaran virus. Di sisi lain, meskipun tes virus corona Indonesia telah melampaui standar WHO, ia mengingatkan bahwa Indonesia adalah negara yang besar, dan sulit memantau daerah-daerah pedalaman atau pedesaan apakah sudah banyak dilakukan tes atau tidak.

"Jangan lupa, provinsi yang paling banyak tes adalah DKI Jakarta, ketimpangan kita masih kurang. Kota-kota yang tesnya banyak, di desa-desa masih jarang, apakah di desa memang tes atau tidak, kita mana tahu," ujar Miko.

Satgas Penanganan Covid-19 hari ini merilis penambahan kasus konfirmasi positif sebanyak 9.994 orang dalam 24 jam terakhir. Angka ini menjadi yang terendah dalam sepekan terakhir. Dengan angka ini, maka jumlah kumulatif kasus Covid-19 nasional mencapai 999.256.

Namun penurunan kasus positif hari ini belum tentu menggambarkan kondisi penularan Covid-19 yang sebenarnya. Sudah menjadi pola mingguan bahwa penambahan kasus harian selalu anjlok di hari Ahad-Senin setiap pekan.

Penambahan kasus harian sebesar 9.000-an orang sebelumnya juga terjadi pada Senin (18/1), namun melonjak lagi menjadi 10.000-an pada Selasa (19/1). Dengan pola yang sama, pada Senin (11/1) dilaporkan kasus baru sebanyak 8.000-an orang, lantas melonjak menjadi 10.000-an pada Selasa (12/1).

Anjloknya angka kasus harian pada Ahad-Senin setiap pekan merupakan imbas dari turunnya kapasitas pemeriksaan pada akhir pekan dan hari libur nasional. Hari ini misalnya, testing hanya dilakukan terhadap 34.580 orang. Angka ini jauh dibanding puncak capaian testing pada pekan lalu sebanyak 51.764 orang pada Jumat (22/1).

Pada Senin (18/1) lalu, jumlah orang yang diperiksa juga 'hanya' 32.381 orang. Jauh di bawah puncak testing pada pekan sebelumnya yakni 49.466 orang pada Jumat (15/1).

Indonesia kini hanya butuh kurang dari 1.000 kasus positif untuk tembus di angka psikologis 1 juta kasus Covid-19. Masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaannya.

"Jangan lengah, pastikan saat kita membuka masker kita berada di situasi yang aman, tidak berkerumun dan tidak banyak orang. Tetap produktif dari rumah. Cari solusi untuk turunkan mobilitas, apalagi saat PPKM masih berlaku," ujar Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro dalam keterangan pers, Senin (25/1).

Penggunaan masker menjadi poin yang ditekankan oleh Reisa. Ia meminta masyarakat tetap menggunakan masker di ruang publik atau di rumah, apabila risiko penularannya tinggi. Protokol kesehatan pun, ujarnya, harus diterapkan di lingkungan kerja dan saat menaiki transportasi umum. Ia mengingatkan bahwa celah penularan bisa terjadi di mana saja, oleh siapa saja.

"Upaya kecil dari inidvidu akan mengurangi banyak hal. Pertama, angka kasus aktif yang makin tinggi yang pernah mencapai 160 ribu di hari minggu kemarin. Kedua, beban rumah sakit bertambah, meskipun penambahan ruang perawatan sudah dilakukan," kata Reisa.

Penambahan beban rumah sakit ini dikhawatiran akan mengganggu pelayanan bagi pasien non-Covid-19. Tak hanya itu, pasien Covid-19 yang baru pun, ujar Reisa, juga akan kesulitan mengakses layanan kesehatan yang memadai. Bila kondisi tersebut terjadi, maka ujungnya adalah angka kematian berpotensi meningkat, khususnya akibat Covid-19.

photo
Indonesia sumbang 0,89 persen kasus Covid-19 di dunia - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement