REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI masih menunggu regulasi resmi terkait penerapan Gadjah Mada Electric Nose Covid-19 atau GeNose C19. Rencananya, GeNose akan digunakan pada moda transportasi umum sebagai screening Covid-19.
"Ya (aturan resmi), tentunya kami menunggu arahan lebih lanjut dari Kemenhub," kata VP Public Relations KAI Joni Martinus kepada Republika.co.id, Senin (25/1).
Meskipun begitu, Joni mengatakan KAI berencana akan membeli GeNose C19. Dia menuturkan, alat tersebut nantinya akan digunakan di berbagai stasiun kereta api setelah regulasi penerapannya sudah diterbitkan.
Hanya saja, KAI belum bisa mengungkapkan berapa banyak alat GeNose yang akan dipesan untuk diterapkan di stasiun kereta api. "Itu (pemesanan alat GeNose) masih dalam pembahasan," ujarnya.
Dia menambahkan, pada dasarnya KAI menyambut baik inovasi yang dihadirkan anak bangsa. Khususnya dalam rangka menghadirkan layanan deteksi Covid-19 yang cepat, murah, dan akurat.
Joni menuturkan, KAI mendukung penuh semua langkah dan kebijakan pemerintah untuk mencegah penyebaran Covid-19. "Penggunaan GeNose C19 pada transportasi kereta api merupakan kebanggaan tersendiri bagi KAI, karena dapat menjadi salah satu yang pertama menerapkan inovasi tersebut," jelas Joni.
GeNose C19 merupakan alat pendeteksi Covid-19 yang dikembangkan para peneliti di Universitas Gadjah Mada dan sudah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Pengambilan sampel dari GeNose C19 berupa embusan napas dan hasil tes dapat langsung diketahui hanya dalam waktu tiga menit.
Tarifnya juga diperkirakan berkisar sebesar Rp 20 ribu untuk satu kali tes. GeNose disebut memiliki akurasi diatas 90 persen. Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menegaskan penggunaan GeNose akan diterapkan pada moda transportasi kereta api dan bus. Alat tersebut rencananya akan diterapkan mulai 5 Februari 2021.
"Pada moda kereta api akan diterapkan secara wajib pada 5 Februari 2021. Sedangkan angkutan bus tidak wajib, tapi akan dilakukan pengecekan secara random menggunakan GeNose mulai 5 Februari 2021," kata Budi, Ahad (24/1) kemarin.
Budi menuturkan, penerapan penggunaan GeNose di transportasi umum akan dilakukan bertahap dan dimulai dari Pulau Jawa terlebih dahulu. Ia menambahkan, alasan moda transportasi kereta api dan bus menjadi yang pertama untuk diterapkan pengecekan Covid-19 menggunakan GeNose karena harga tiket pada rute tertentu lebih murah daripada pengecekan tes Covid-19 melalui rapid test antigen atau swab.
“Karena kereta api ada jarak-jarak tertentu, katakan Jakarta-Bandung Rp 100 ribu, kalau mesti antigen 100 ribu lagi itu kan mahal, apalagi tarif bus yang lebih murah lagi, ada yang cuma Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu tapi dengan GeNose ini harganya hanya Rp 20 ribu sekali cek," ujarnya.
Budi memastikan, Kemenhub bahkan sudah memesan sebanyak 200 unit GeNose. Alat tersebut rencananya akan ditempatkan di 44 titik stasiun di seluruh Jawa dan Sumatra.