REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG, JATIM -- RSUD dr. Iskak Tulungagung, menggelar istighotsah secara daring pada Jumat (22/1). Doa bersama diikuti sekitar 500 karyawan dan tenaga kesehatan (nakes) setempat.
Memanfaatkan aplikasi daring, jalannya istighotsah kubro berlangsung penuh haru. Tak sedikit tenaga medis atau paramedis yang menitikkan air mata saat KH Zaenal Hafidz membacakan untaian doa untuk tenaga medis yang meninggal karena terpapar Covid-19.
Demikian juga dengan sebagian pasien dan warga yang ikut jalannya doa bersama secara daring. "Kesempatan (istighotsah kubro) ini untuk memohon kepada Allah SWT supaya mendapatkan perlindungan dan keselamatan seluruh karyawan rumah sakit dalam tugasnya serta untuk kesehatan dan kesembuhan para pasien," ucap Ketua PKRS RSUD dr. Iskak Tulungagung, dr. Moch. Mundir Arif membuka acara.
Dijelaskan, kegiatan ini merupakan ikhtiar untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan harapan senantiasa mendapatkan perlindungannya meskipun berkerja dalam situasi pandemi Covid-19 seperti sekarang.
"Sebaik-baiknya kita gunakan pekerjaan kita untuk beribadah pada Allah SWT. Bekerja jangan karena gaji ataupun lainnya. Tetap semangat meskipun pekerjaan ini mempunyai tingkat risiko masing-masing," tambahnya.
Sanada dengan dr. Mundir, K.H Zaenal Hafidz yang memimpin jalannya istighotsah dan doa bersama secara virtual itu juga memberikan sekilas tausyiah menyentuh para jamaah zoom yang berlangsung selama 60 menit, mulai pukul 08.30 WIB hingga 09.30 WIB.
"Kalau kita mau melihat jauh ke belakang, bahwa kita sudah diperlihatkan kebesaran Allah yang sungguh luar biasa. Allah menurunkan virus corona. Tapi belum ada setahun (dampaknya) sudah tak karuan," ucap KH Zaenal Hafidz sambil mengusap air mata.
Ia pun mengingatkan, bahwa Allah SWT Maha Luas (Jembar). Sebelum adanya musibah pandemi Covid-19 semua orang masih bebas.
Namun sekarang keadaan sudah berbeda. Interaksi sosial tidak lagi leluasa. Ini tak hanya dirasakan masyarakat yang di Indonesia, tapi merata di seluruh dunia.
Ujian ini kiranya bisa menjadi pelajaran dan pengalaman supaya tidak mudah menyerah. Tidak mudah putus asa dalam keadaan apapun. Sebab, tidak ada seorang pun yang dapat mencegah kalau semua sudah menjadi kehendak-Nya.
"Ingatlah bahwa semua terjadi atas kehendak-Nya. Coba bayangkan setahun yang lalu kita bebas. Lima tahun, tujuh tahun yang lalu, 10 (tahun) sampai 21 tahun yang lalu kita leluasa. Kita bebas enggak ada apa-apa. Tapi sekarang? Ini menjadi gambaran kepada kita semua, betapa besar kekuasaan Allah. Ini menjadi sentilan kepada kita semua, umat-Nya, untuk senantiasa meng-imani-Nya. Mendekatkan diri kepada Allah SWT," ujar KH Zaenal Hafidz.
Lanjut dia, bahwasanya Allah memberikan musibah atau kematian itu tidak hanya lewat virus corona saja,. Masih banyak sekali yang lain. Sesuai dengan keadaan sekarang, sepatutnya untuk lebih profesional dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
"Hanya kepada-Nya lah kita berlindung. Mari kita semua bersikap perfesional dengan mematuhi semua peraturan protokol kesehatan yang ada. Mari (semua) meningkatkan keimanan kita supaya imunitas tubuh meningkat dan tidak meninggalkan pola dan gaya hidup sehat," ujarnya.