REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengatakan penyelidikan penyebab kecelakaan pesawat Sriwijaya Air nomor registrasi PK-CLC mendapatkan dukungan partisipasi dari Amerika Serikat (AS) dan Singapura. Pesawat Boeing 737-500 dengan nomor penerbangan SJ 182 rute Jakarta-Pontianak tersebut jatuh di perairan Kepulauan Seribu setelah hilang kontak pada 9 Januari 2021.
“Total ada 11 orang partisipasi dari Amerika,” kata Ketua Subkomite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo di Jakarta, Selasa (19/1).
Nurcahyo mengatakan, investigator tersebut terdiri dari empat personel dari National Transportation Safety Board (NTSB) dan empat personel dari Boeing. Kemudian, dua investigator dari Federal Aviation Administration (FAA), dan satu personel dari General Electric sebagai publik pembuat mesin.
Dia menuturkan, partisipasi tersebut sesuai dengan ketentuan ICAO Annex 13. “Negara pembuat desain pesawat berhak berpartisipasi dalam investigasi,” ujar Nurcahyo.
Dari Singapura, Nurcahyo mengatakan, ada dua investigator dari Transportation Safety Investigation Bureau (TSIB) Singapura berpartisipasi dalam investigasi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air tersebut. Nurcahyo mengatakan, partisipasi TSIB Singapura sesuai dengan kerja sama negara-negara ASEAN.
Saat ini, KNKT memastikan sudah berhasil mengunduh flight data recorder (FDR), yang merupakan bagian dari kotak hitam, pesawat Sriwijaya Air nomor registrasi PK-CLC. "Kami sudah mengunduh data FDR dan kami sampaikan data FDR sudah bisa kami dapatkan," kata Nurcahyo.
Dia menjelaskan data yang sudah berhasil diunduh dari FDR tersebut total sebanyak 370 parameter. Durasi data penerbangan yang didapatkan sebanyak 27 jam.
“27 jam ini atau 18 penerbangan termasuk penerbangan yang mengalami kecelakaan," tutur Nurcahyo.