REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Ketua Harian Ikatan Keluarga Minang (IKM) Sulawesi Barat, Malaqbi Armon, mengatakan terdapat 50 kepala keluarga (KK) perantau asal Sumatra Barat yang menjadi korban terdampak gempa bumi di Majene. Saat ini 50 KK perantau Minang tersebut masih bertahan di tenda-tenda pengungsian dan ke tempat aman karena khawatir akan ada gempa susulan.
Untuk memenuhi kebutuhan di saat darurat, perantau Minang di Majene membutuhkan bantuan. Seperti untuk keperluan makanan kebutuhan bersih-bersih dan lain-lain.
"Sampai sekarang kami masih merasakan gempa susulan, kita ada buat posko tapi ada juga yang pergi cari kawan mengungsi ke tempat lain, pengungsian terpisah-pisah," kata Malaqbi (18/1).
Untuk meringankan beban para perantau terampak bencana di Majene, Malaqbi berharap ada bantuan dari pemerintah termasuk sanak saudara mereka di kampung halaman Sumatra Barat. Menurut Malaqbi, bantuan yang akan dikirimkan dalam bentuk uang. Karena mereka khawatir bila bantuan berupa barang, bisa dijarah.
"Cuma kalau yang lebih baik itu bantuan dana segar, supaya bisa dibagikan ke warga. Kalau barang rumit, siapa nanti yang bakal menjemput, belum nanti dijarah orang, orang lain meminta tidak kita kasih bisa marah mereka," ucap Malaqbi.
Menurut Malaqbi, alamat dan pengungsian warga Sumbar yang terdampak gempa terpisah-pisah. Sehingga bila bantuan berupa uang, akan sulit untuk mendistribusikan.
Kepala Biro Kerjasama Pembangunan dan Rantau Pemprov Sumbar Luhur Budianda mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan bantuan untuk perantau Minang yang terdampak bencana alam di berbagai daerah. Budi menyebut ia sedang mengkomunikasikan rencana bantuan untuk perantau ini kepada Gubernur Sumbar Irwan Prayitno supaya bantuan dapat segera dikirimkan.
Menurut Budi, bantuan dari Pemprov Sumbar kepada perantau terdampak bencana bukan hanya untuk di Sulbar. Tapi juga perantau yang menjadi korban bencana banjir besar di Kalimantan Selatan dan korban gelombang laut di Manado, Sulawesi Utara.
"Kita tunggu dulu info dari pimpinan, karena bencana tidak hanya di Sulbar saja, tapi juga ada di Kalsel dan Manado, karena bencana sedang banyak jadi tidak bisa secepatnya kasih bantuan, semua daerah itu ada perantau Minangnya," ucap Budi.