Advertisement

Antisipasi Klaster Bencana

Senin 18 Jan 2021 05:13 WIB

Red: Budi Raharjo

Pengungsi korban gempa antre untuk mendapatkan bantuan logistik dari TNI AD di Stadion Manakarra, Mamuju, Sulawesi Barat, Ahad (17/1/2021). Berdasarkan data BNPB per 17 Januari pukul 14.00 WIB, jumlah korban meninggal dunia akibat gempa bumi magnitudo 6,2 di Sulawesi Barat telah mencapai 73 orang.

Foto: SIGID KURNIAWAN/ANTARA
Pada intinya adalah bagaimana terkait penerapan 3M di tempat pengungsian

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana alam yang terjadi di berbagai daerah dalam beberapa waktu terakhir memunculkan kekhawatiran terjadinya penularan Covid-19, khususnya di lokasi pengungsian. Antisipasi perlu dilakukan untuk memastikan tidak muncul klaster penularan Covid-19 di tengah bencana yang terjadi.

Kepala Badan Nasional Penanggu langan Bencana (BNPB) Doni Monardo meminta penanganan pengungsian warga yang terdampak bencana dilakukan dengan memisahkan kelompok rentan dari pengungsi usia muda. "Kelompok rentan harus kita lindungi karena ada Covid-19," kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Ahad (17/1).

Adapun yang dimaksud dalam kelompok rentan adalah bagi mereka yang berusia lanjut, warga yang punya penyakit penyerta atau komorbid, ibu hamil, ibu menyusui, disabilitas, balita, dan anak-anak. Semua kelompok itu akan dipisahkan dari mayoritas pengungsi lainnya.

Beberapa bencana alam terjadi di berbagai daerah dalam kurun sepekan terakhir. Di Sumedang, Jawa Barat, tanah longsor membuat puluhan meninggal dan warga sekitar harus mengungsi. Kemudian, gempa bumi di Majene, Sulawesi Barat, dan banjir di Kalimantan Selatan juga Kalimantan Barat terjadi hampir bersamaan.

Tak hanya itu, Gunung Merapi dan Gunung Semeru pun dilaporkan mengalami erupsi. Semua peristiwa alam tersebut membuat pengungsian tak bisa terhindarkan. Ketika ada kerumunan orang, maka potensi penyebaran Covid-19 menjadi besar.

Doni yang juga menjabat sebagai ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 itu juga menyatakan akan menyediakan alat rapid test antigen di lokasi pengungsian. Tes cepat antigen perlu dilakukan untuk memeriksa dan menelusuri adanya kemungkinan penularan Covid-19 di lingkung an pengungsian. "Nanti akan ada proses swab antigen, untuk kita menjamin para pengungsi tidak terpapar Covid-19," ujar Doni.

Kepala Pusat Data dan Komunikasi BNPB Raditya Jati mengatakan, pemisahan rumah sakit yang dioperasikan untuk tanggap darurat bencana dan rumah sakit yang menangani pasien Covid-19 sudah dilakukan. Selain itu, beberapa antisipasi lain juga sudah dilaksanakan, seperti penyediaan masker dan tenaga kesehatan.

"Pengalaman kami waktu dengan penyintas di lingkar Gunung Merapi itu telah dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan, tetap dipilah antara lansia kemudian juga kelompok rentan yang lain, juga selalu dicek suhu, tetap ada fasilitas mencuci tangan, dan masker selalu menjadi kewajiban untuk dipakai," kata dia.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin memastikan tindakan medis dan pelayanan kesehatan di Sulawesi Barat tetap berjalan. Budi memastikan tenaga kesehatan dalam kondisi aman dan pelayanan kesehatan bagi korban gempa terlaksana dengan baik. RSUD Sulbar, kata Budi, memang mengalami banyak kerusakan karena gempa sehingga banyak pasien yang dirawat di luar.

"Namun, terlihat sudah ada tenda yang bagus dan teman-teman tenaga kesehatan dari Makassar juga sudah membantu, juga datang obat-obatan sudah lengkap agar beberapa tindakan operasi bisa dilakukan di sini," ujar Budi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana alam yang terjadi di berbagai daerah dalam beberapa waktu terakhir memunculkan kekhawatiran terjadinya penularan Covid-19, khususnya di lokasi pengungsian. Antisipasi perlu dilakukan untuk memastikan tidak muncul klaster penularan Covid-19 di tengah bencana yang terjadi.

Kepala Badan Nasional Penanggu langan Bencana (BNPB) Doni Monardo meminta penanganan pengungsian warga yang terdampak bencana dilakukan dengan memisahkan kelompok rentan dari pengungsi usia muda. "Kelompok rentan harus kita lindungi karena ada Covid-19," kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Ahad (17/1).

Adapun yang dimaksud dalam kelompok rentan adalah bagi mereka yang berusia lanjut, warga yang punya penyakit penyerta atau komorbid, ibu hamil, ibu menyusui, disabilitas, balita, dan anak-anak. Semua kelompok itu akan dipisahkan dari mayoritas pengungsi lainnya.

Beberapa bencana alam terjadi di berbagai daerah dalam kurun sepekan terakhir. Di Sumedang, Jawa Barat, tanah longsor membuat puluhan meninggal dan warga sekitar harus mengungsi. Kemudian, gempa bumi di Majene, Sulawesi Barat, dan banjir di Kalimantan Selatan juga Kalimantan Barat terjadi hampir bersamaan.

Tak hanya itu, Gunung Merapi dan Gunung Semeru pun dilaporkan mengalami erupsi. Semua peristiwa alam tersebut membuat pengungsian tak bisa terhindarkan. Ketika ada kerumunan orang, maka potensi penyebaran Covid-19 menjadi besar.

Doni yang juga menjabat sebagai ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 itu juga menyatakan akan menyediakan alat rapid test antigen di lokasi pengungsian. Tes cepat antigen perlu dilakukan untuk memeriksa dan menelusuri adanya kemungkinan penularan Covid-19 di lingkung an pengungsian. "Nanti akan ada proses swab antigen, untuk kita menjamin para pengungsi tidak terpapar Covid-19," ujar Doni.

Kepala Pusat Data dan Komunikasi BNPB Raditya Jati mengatakan, pemisahan rumah sakit yang dioperasikan untuk tanggap darurat bencana dan rumah sakit yang menangani pasien Covid-19 sudah dilakukan. Selain itu, beberapa antisipasi lain juga sudah dilaksanakan, seperti penyediaan masker dan tenaga kesehatan.

"Pengalaman kami waktu dengan penyintas di lingkar Gunung Merapi itu telah dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan, tetap dipilah antara lansia kemudian juga kelompok rentan yang lain, juga selalu dicek suhu, tetap ada fasilitas mencuci tangan, dan masker selalu menjadi kewajiban untuk dipakai," kata dia.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin memastikan tindakan medis dan pelayanan kesehatan di Sulawesi Barat tetap berjalan. Budi memastikan tenaga kesehatan dalam kondisi aman dan pelayanan kesehatan bagi korban gempa terlaksana dengan baik. RSUD Sulbar, kata Budi, memang mengalami banyak kerusakan karena gempa sehingga banyak pasien yang dirawat di luar.

"Namun, terlihat sudah ada tenda yang bagus dan teman-teman tenaga kesehatan dari Makassar juga sudah membantu, juga datang obat-obatan sudah lengkap agar beberapa tindakan operasi bisa dilakukan di sini," ujar Budi.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA