REPUBLIKA.CO.ID, MAMUJU -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengajak organisasi sukarelawan untuk bersinergi dalam penanganan darurat bencana gempa Sulawesi Barat (Sulbar) magnitudo 6,2. Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan di Kota Mamuju, Sulbar, pada Ahad (17/1).
"Kami berharap para organisasi kemanusiaan dapat saling berkolaborasi dengan pos komando (posko). Sehingga penanganan darurat di lapangan dapat berlangsung terpadu dan efektif," kata Lilik dalam keterangan pers yang diterima Republika pada Ahad (17/1).
Lilik menekankan relawan merupakan kekuatan yang sangat penting dalam penanganan darurat yang berdampak seperti di Kota Mamuju maupun Kabupaten Majene. Mereka memiliki sumber daya yang menanggulangi kesenjangan maupun melengkapi kebutuhan di lapangan.
"Misalnya evakuasi dan pencarian, transportasi logistik maupun pendampingan warga terdampak," ujar Lilik.
Lilik menyebut harus ada pertemuan rutin para relawan setiap harinya. Lilik juga menyampaikan beberapa poin terkait dengan sinergi para relawan dari berbagai organisasi.
"Adat tiga poin yang saya jelaskan yaitu mengenai desk relawan, penggunaan InaRISK untuk survei bangunan terdampak dan laporan setiap perwakilan organisasi," ujar Lilik.
Lilik sudah melakukan briefing desk relawan yang dihadiri perwakilan dari 27 organisasi kemanusiaan. Peta aksi relawan bisa dilihat dalam situs Desk Relawan http://deskrelawanpb.bnpb.go.id/gempa-sulbar/. Situs ini adalah wadah berbagi informasi aksi solidaritas serta sumber daya relawan untuk penanganan bencana gempabumi Sulbar.
"Hingga saat ini, sebanyak 575 relawan sudah terdaftar dari berbagai organisasi," sebut Lilik.
Berdasarkan data per 17 Januari 2021 pukul 20.00 WIB, Pusat Pengendali Operasi BNPB melaporkan jumlah korban meninggal dunia akibat gempa M6,2 yang terjadi pada Jumat (15/1), pukul 01.28 WIB atau 02.28 waktu setempat di Provinsi Sulbar menjadi 81 orang, dengan rincian 70 orang meninggal dunia di Kabupaten Mamuju dan 11 orang di Kabupaten Majane.