REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur memastikan tidak ada lagi korban yang tertimbun di bangunan asrama pesantren yang roboh di Kecamatan Cipanas. Sebab semua korban sudah dievakuasi dan tidak ada yang meninggal dunia.
Sebelumnya, peristiwa bangunan roboh menimpa asrama (kobong) di Pondok Pesantren Al Madaroh di Cipanas Kabupaten Cianjur, Jawa Barat Sabtu (16/1) malam. Dampaknya ada sekitar 11 orang santri yang terluka dan satu diantaranya luka patah pada bagian tangan.
Keterangan yang dihimpun dari aparat kepolisian menyebutkan, kejadian itu terjadi sekitar pukul 19.00 WIB dan santri mengalami luka-luka karena diduga tertimpa reruntuhan bangunan asrama yang roboh. Bangunan Ponpes Al Madaroh yang roboh terletak di Kampung Loji Desa Batulawang Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur.
"Dari pendataan di lapangan tidak ada lagi korban yang tertimbun, semuanya selamat," ujar Sekretaris BPBB Kabupaten Cianjur, Irfan Sofyan kepada wartawan, Ahad (17/1).
Pada awalnya ada sebelas orang yang terluka dan langsung dibawa ke rumah sakit. Namun kata Irfan, ke sebelas orang santri ini akhirnya diperbolehkan pulang karena luka ringan. Di mana mereka sudah pulang ke pesantren dan sebagian lagi ke rumahnya masing-masing.
Menurut Irfan, pada Ahad ini petugas gabungan dikerahkan untuk membersihkan puing-puing bangunan asrama yang roboh. Jumlah petugas yang diterjunkan sebanyak 300 orang. Mereka berasal dari BPBD, TNI, Polri, Tagana, Pramuka, dan elemen lainnya.
Irfan menuturkan, saat ini aktivitas belajar di pesantren tidak bisa dilakukan. Sebab para santri masih mengalami trauma akibat kejadian pada Sabtu malam.
Kapolsek Cipanas AKP Galih Apria mengatakan, ada 11 orang yang terluka dan mayoritas mengalami luka ringan akibat robohnya bangunan asrama. Selain itu ada satu orang santri yang mengalami patah tangan dan rencananya yang bersangkutan ingin dibawa ke pengobatan alternatif.
"Kami belum bisa memastikan penyebab robohnya bangunan tiga lantai itu," ujar Galih.
Apalagi, sebelumnya di wilayah ini dilaporkan tidak terjadi hujan ataupun angin kencang. Sehingga kata Galih, penyebabnya diduga bisa karena beban berat atau kontruksi tidak kuat maupun human error.
"Intinya belum bisa dipastikan bisa dipastikan penyebabnya karena harus melalui penyelidikan lebih dahulu," cetus dia.
Hal ini karena petugas berupaya menangani korban yang mengalami luka-luka. Menurut Galih, bangunan asrama yang roboh terdiri atas tiga laintai. Lantai 1 merupakan madrasah, sedangkan dua lantai di atasnya merupakan asrama santri laki-laki.
Asrama santri tersebut terbagi dalam 24 kamar yang masing-masingnya dihuni dua orang santri. Di mana pada saat kejadian para santri tengah berada di dalam asrama.