Sabtu 09 Jan 2021 03:30 WIB

Pakar: Gunakan Vaksin yang Ada dan Efikasi di Atas 50 Persen

Standar WHO vaksin harus memiliki efikasi di atas 50 persen.

Dua personel kepolisian berjaga di depan ruang pendingin instalasi farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat di Pontianak, Kalimantan Barat, Jumat (8/1/2021). Pemprov Kalimantan Barat kembali menerima vaksin COVID-19 Sinovac tahap kedua sebanyak 8.360 vial dari Kementerian Kesehatan.
Foto: JESSICA HELENA WUYSANG/ANTARA
Dua personel kepolisian berjaga di depan ruang pendingin instalasi farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat di Pontianak, Kalimantan Barat, Jumat (8/1/2021). Pemprov Kalimantan Barat kembali menerima vaksin COVID-19 Sinovac tahap kedua sebanyak 8.360 vial dari Kementerian Kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksinolog sekaligus dokter spesialis penyakit dalam dr Dirga Sakti Rambe mengajak masyarakat dan semua pihak agar menggunakan vaksin COVID-19 yang sudah ada. Vaksin Sinovac yang sudah ada di Indonesia telah memperoleh izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta memiliki efikasi di atas 50 persen sesuai standar WHO.

"Mungkin orang akan berpikir vaksin yang paling mendekati keberhasilan 100 persen untuk digunakan, apakah betul begitu? Tidak," kata dia saat diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Jumat (8/1).

Seperti diketahui, lanjut dia, tingkat keberhasilan vaksin Pfizer 95 persen, Moderna 90 persen dan Sinovac hari ini di Brazil 78 persen. Perlu diingat tingkat keberhasilan suatu vaksin melalui uji klinis di sebuah negara bisa berbeda-beda.

"Beda orang, beda negara, beda desainnya sehingga kita tidak bisa mengatakan vaksin A lebih bagus dari vaksin B kalau belum dibandingkan dalam satu penelitian yang sama," kata dia.

Menurut dia, pesan penting saat ini ialah menggunakan vaksin apapun yang lebih dulu tersedia selama vaksin tersebut mengantongi izin dari BPOM. Apalagi, saat ini kondisi pandemi COVID-19 di Tanah Air belum menunjukkan penurunan. Bahkan, hari ini kasus COVID-19 yang diumumkan Satuan Tugas Penanganan COVID-19 menembus 10.617 kasus.

Terkait individu yang memiliki riwayat asam lambung, alergi, gangguan tiroid, asma, autoimun dan sebagainya maka tidak perlu khawatir. Sebab, sebelum divaksin vaksinator terlebih dahulu akan menanyakan atau memeriksa kondisi kesehatan laik atau tidak divaksin.

"Jadi jangan pusing, jika menerima undangan vaksinasi datang saja dulu," ujarnya.

Meskipun demikian, ia membenarkan terdapat kelompok masyarakat yang tidak bisa divaksin misalnya penderita darah tinggi, autoimun dan sakit ginjal.

"Kenapa tidak bisa? Sekali lagi kita mengedepankan prinsip kehati-hatian," ujar dr Dirga.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement