REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI--Pemerintah Kota Sukabumi menggelar sosialisasi secara virtual mengenai penjelasan ditundanya pembelajaran tatap muka kepada para Kepala sekolah TK/RA dan SD/MI di Balai Kota Sukabumi, Jumat (8/1) siang. Dalam momen ini disampaikan beberapa pertimbangan utama kenapa pembelajaran tatap muka (PTM) belum dilakukan di Kota Sukabumi.
Pada kegiatan itu hadir langsung Sekda Kota Sukabumi Dida Sembada, Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Sukabumi, Cecep Mansyur, dan Kasubag TU Kementerian Agama Kota Sukabumi Rizal Yusuf Ramdhan. "Kami Pemkot dan Kementerian Agama ingin menyampaikan secara detail terkait pembelajaran masih tetap daring dan belum tatap muka," ujar Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi.
Alasan pertama yakni mengenai data Covid pada Maret 2020 dan Nopember 2020. Di mana pada Maret kasus Covid-19 masih belum tinggi akan tetapi ketakutan masyarakat melebihi kasus Covid sehingga warga merasa resah dan takut terpapar.
Namun kata Fahmi, di November 2020 justru sebaliknya. Kondisi Covid tinggi dengan temuan banyak akan tetapi ketakutan masyarakat umum makin rendah, sehingga warga abai dan tidak peduli dan ini yang membahyakan.
Oleh karenanya kata Fahmi, pemkot berharap agar kepala sekolah sampaikan pesan edukasi kepada warga dunia pendidikan pentingnya waspada Covid-19."Ditundanya tatap muka dan masih pendidikan jarak jauh karena didasari beberapa waktu lalu terbit surat instruksi Mendagri Nomor 1 tahun 2021 tentang pelaksanaan PSBB secara parsial di Jawa Bali dan sekitarnya," kata Fahmi.
Memang Sukabumi tidak masuk PSBB parsial akan tetapi daerah yang berdekatan masuk. Pertimbangan lainnya yakni panduan Mendikbud yang menggelar rakor bersama kepala daerah mengingatkan meskipun tatap muka rencanany dilaksanakan Januari. Namun dengan penambahan kasus makin tinggi maka pembelajaran tatap muka harus diantisipasi. Hal ini didasari pula surat edaran Disdik Jabar yang membuat Sukabumi membuat analisa terkait kelayakan pendidikan tatap muka. "Hasil kajian analisa kami pendidkan tatap muka sementara ini belum dilaksankana sehingga masih dilakukan media daring," kata Fahmi.
Pertama alasan penting dipahami, kasus aktif Covid di atas rata rata nasional. Ditandai kata Fahmi, dengan jumlah pasien diisolasi dibagi jumlah total kasus yang ada. Contohnya jumlah isolasi pada Kamis (7/1) sebanyak 597 dari 2.045 kasus, sehingga total rata-rata 29,2 persen, padahal maksimal 14 persen untuk nasional.
Kedua positif rate adalah jumlah pasien yang positif dari yang melaksanaka swab. Standar WHO di bawah atau sama 5 persen, untuk kota 14 persen masih jauh di atas standar dan masih sangat riskan untuk melaksanakan tatap muka.
Ketiga angka kesembuhan pasien masih dibawah rata-ata nasional yakni 68,4 persen dan 82 persen nasional. Ke empat angka kematian di Kota Sukabumi di atas rata rata nasional 2,96 peraen dan untuk kota 3,1 persen.
Ke lima, keterisian ruang isolasi dk atas rata-rata nasional di bawah 70 persen dan untuk kota nilainya 71 persen. Keenam tidak bisa dipungkiri disiplin protokol 3M memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak belum optimal dan khawatir tatap muka dilakukan mampu memicu kasus baru.
Ke tujuh, rencana 13 Januari vaksjnasi berharap ketika vaksin ada dan serentak berkenjang pusat dan provinsi hingga kota akan memberikan dampak efektif. Setelah vaksin selesai merangsang terjadinya kekebalan tubuh masyarakat diantaranya anak. "Hal inilah yang jadi utama proses pendidikan tatap muka belum dilakukan," kata Fahmi.