REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG - Sebanyak 200 jiwa warga Lereng Gunung Merapi di Dusun Babadan 2, Desa Paten, Dukun, Kabupaten Magelang kembali mengungsi ke tempat evakuasi akhir (TEA) Desa Mertoyudan. Sejumlah pengungsi kelompok rentan seperti lansia, balita, ibu menyusui, dan disabilitas datang di pengungsian di aula Desa Mertoyuidan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Kamis (7/1), dengan mengendarai puluhan mobil dan kendaraan roda dua.
Kepala Desa Paten Sutarno mengatakan warga Babadan 2 memang sempat pulang dari pengungsian pada Jumat (1/1) pagi, kemudian dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) meminta warga kembali lagi ke pengungsian karena ada peningkatan aktivitas Gunung Merapi yang signifikan. "Waktu berada di rumah masyarakat, kami juga merasakan tidak nyaman karena terdengar suara gemuruh dari Merapi," katanya.
Ia menyampaikan dari sekitar 350 warga Dusun Babadan 2, yang mengungsi sekitar 200 jiwa. Ia mengatakan, kalau sewaktu-waktu ada peningkatan status Merapi dari Siaga ke Awas maka Dusun Babadan 2, maupun Babadan 1 siap dikosongkan.
"Kalau dari pihak BPPTKG menginstruksikan kenaikan status dari Siaga ke Awas nanti dusun kami Babadan 1 dan Babadan 2 harus dikosongkan," katanya.
Ia menuturkan dalam status Siaga ini warga yang masih tinggal di dusun setiap hari beraktivitas biasa. Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Magelang Gunawan mengatakan di masa Siaga Merapi ini memang ada 11 dusun dari 4 desa di Kabupaten Magelang yang mengungsi, terutama kelompok rentan. Mereka berada di 9 titik pengungsian.
"Di akhir Desember lalu para pengungsi sempat kembali ke kampung halaman karena mungkin kejenuhan dan ingin melihat rumah sehingga kita tidak bisa menghalangi," katanya.
Ia mengatakan ternyata berdasarkan kajian BPPTKG terjadi peningkatan aktivitas Gunung Merapi maka warga diminta kembali ke pengungsian lagi dan warga Babadan 2 ini merupakan kelompok terakhir yang kembali ke pengungsian.