Kamis 07 Jan 2021 16:41 WIB

Surabaya Didesak terbitkan Kebijakan Sampah Sekali Pakai

Lembaga kajian Ecoton sebut sampah sekali pakai banyak ditemukan sungai Kota Pahlawan

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) menemukan timbunan sampah (ilustrasi). Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) mendesak Pemerintah Kota Surabaya menerbitkan kebijakan berisi larangan penggunaan plastik sekali pakai. Manager Kampanye Ecoton Tonis Afrianto menilai, kebijakan ini penting mengingat masih banyaknya sampah plastik sekali pakai yang ditemukan di aliran sungai di Kota Pahlawan.
Foto: Dok. Ecoton
Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) menemukan timbunan sampah (ilustrasi). Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) mendesak Pemerintah Kota Surabaya menerbitkan kebijakan berisi larangan penggunaan plastik sekali pakai. Manager Kampanye Ecoton Tonis Afrianto menilai, kebijakan ini penting mengingat masih banyaknya sampah plastik sekali pakai yang ditemukan di aliran sungai di Kota Pahlawan.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) mendesak Pemerintah Kota Surabaya menerbitkan kebijakan berisi larangan penggunaan plastik sekali pakai. Manager Kampanye Ecoton Tonis Afrianto menilai, kebijakan ini penting mengingat masih banyaknya sampah plastik sekali pakai yang ditemukan di aliran sungai di Kota Pahlawan.

"Selama ini plastik sekali pakai seperti tas kresek, sachet, Styrofoam, sedotan, popok, botol minum jumlahnya semakin meningkat dan tidak bisa didaur ulang," ujar Tonis dalam keterangan tertulisnya, Kamis (7/1).

Tonis menjelaskan, dalam beberapa bulan terakhir Ecoton aktif meneliti timbunan sampah dan pengaruhnya terhadap lingkungan, terutama wilayah sungai. Berdasarkan penelitian yang dilakukan ditemukan banyak sekali sampah plastik yang mencemari sungai-sungai di Surabaya seperti Sungai Kalimas, Kali Surabaya, hingga Sungai Wonokromo. 

Sampah plastik sekali pakai yang ditemui di sungai-sungai tersebut diantaranya popok bayi sebesar 21 persen, kantong plastik 16 persen, dan bungkus plastik lima persen. Kemudian botol plastik satu persen, dan ada juga plastik lainya seperti Styrofoam, tali, senar dan lain-lain mencapai sembilan persen.

Tumpukan sampah plastik tersebut tidak hanya berpengaruh di sekitar wilayah sungai, namun hingga pesisir Surabaya. Banyak biota laut yang mengandung mikroplastik.

Dari sampel yang diambil akhir tahun lalu di perairan Gununganyar Tambak, perairan Tambak Wedi, dan Pantai Nambangan Pantai Timur Surabaya menunjukkan jumlah kandungan mikroplastik 25-483 Partikel/100 liter. Tentunya itu bisa mengancam keamanan pangan laut (seafood) yang dihasilkan nelayan dan petambak di Surabaya.

Peneliti Mikroplastik Ecoton Eka Chlara Budiarti menegaskan betapa bahayanya bila biota laut sejenis ikan, udang, atau kerang yang mengandung mikroplastik termakan manusia. Alumnus jurusan kimia Undip ini bahkan menyarankan masyarakat untuk mengurangi konsumsi seafood yang terkontaminasi mikroplastik.

"Ada tiga bahan berbahaya dalam mikroplastik yang menyebabkan problem reproduksi, berupa penurunan kualitas sperma manusia dan menapouse dini," kata Chlara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement