Kamis 07 Jan 2021 12:14 WIB

Aksi Pendukung Trump di Republik 'Banana' Amerika

Tiga mantan Presiden Amerika mengecam tindakan pendukung Trump.

Pendukung Presiden Donald Trump berkumpul di depan gedung Capitol di Washington DC, Rabu (6/1) waktu AS. Mereka meyakini Trump, bukan Joe Biden, adalah pemenang pemilu AS.
Foto:

Serangan ke Capitol Hill telah mengakibatkan tiga orang meninggal akibat kedaruratan medis. Kepala Kepolisian Washington DC, Chief Robert Contee, namun tidak bisa menjelaskan apakah tiga orang yang meningal terkait dengan upaya menduduki gedung Capitol.

"Satu pria dewasa dan dua wanita dewasa meninggal akibat masalah medis darurat, secara terpisah," katanya. Petugas pemadam kebakaran dan petugas medis memang tampak membawa orang-orang ke rumah sakit dengan beragam masalah kesehatan. Mulai dari serangan jantung, ke patah tulang setelah jatuh dari sisi barat gedung Capitol.

Pengamat gerakan ekstrem kanan AS mengatakan penyerbuan pendukung Donald Trump ke Capitol Hill sesuatu yang mengerikan. Aksi tersebut dipandang sebagai hasil alami dari retorika kebencian dan kekerasan yang dipicu informasi palsu serta teori-teori konspirasi.

"Bila Anda terkejut, Anda tidak memberi perhatian, kami semua harus ngeri dengan hal ini, tapi seharusnya tidak ada yang terkejut hal ini terjadi," kata direktur eksekutif Integrity First for America, Amy Spitalnick.

Organisasi hak sipil yang Spitalnick pimpin mendukung gugatan federal yang dilayangkan korban kekerasan nasionalis kulit putih di Charlottesville, Virginia tahun 2017 lalu. Salah satu tokoh sayap kanan yang ikut berbicara di Charlottesville, menayangkan siaran langsung video kerusuhan di Capitol Hill.

Tim Gionet mengunggah video yang memperlihatkan para pendukung Trump yang memakai topi 'Make America Great Again' dan 'God Bless Trump' berkeliling di Capitol Hill dan mengambil swafoto dengan petugas yang dengan tenang meminta mereka meninggalkan gedung itu. Para pendukung Trump mengobrol, tertawa dan memberitahu petugas 'ini baru awalnya'.  

Kelompok-kelompok sayap kanan AS termasuk Proud Boys bergabung dengan pendukung-pendukung Trump itu. Para pengunjuk rasa menolak hasil pemilihan 3 November yang dimenangkan Presiden terpilih Joe Biden.

Terlihat anggota kelompok supremasi kulit putih dan neo-Nazi di antara pengunjuk rasa. Sebuah foto menunjukkan polisi menghentikan seorang pria yang diidentifikasi promoter teori konspirasi QAnon untuk menerobos masuk ke ruang Senat.

CEO organisasi hak sipil, Anti-Defamation League (ADL), Jonathan Greenblatt mengatakan aksi pendukung Trump jelas sesuai dengan retorika QAnon. Teori konspirasi tanpa dasar yang yakin Trump diam-diam memerangi musuh negara dan pemuja setan pemakan manusia yang menjalankan operasi perdagangan anak di dalam pemerintahan.

"QAnon sudah menyerukan kegilaan semacam ini selama bertahun-tahun," kata Greenblatt.

Wakil Presiden Pusat Ekstremisme ADL, Oren Segal mengatakan ia melihat anggota supremasi kulit putih dan neo-Nazi di antara pengunjuk rasa yang menerobos masuk Gedung Kongres. Segal mengatakan ia melihat anggota New Jersey European Heritage Association dan Nationalist Social Club.

Segal mengatakan penyerbuan ke Capitol Hill, kesimpulan logis terhadap ekstremisme dan kebencian yang tak teruji selama kepresidenan Trump. "Kami memiliki teori konspirasi yang mendorong orang bertindak di lapangan, narasi arus utama dan ekstrem kami saling berbaur," katanya, dikutip dari AP.

Sementara itu akun media sosial Trump telah diblokir untuk waktu yang tidak ditentukan setelah Trump menyampaikan pesan ke pendukungnya. Ïa mengatakan, mencintai pendukungnya sebelum menyuruh mereka pulang dari Capitol Hill. Ia juga berulang kali menyampaikan pesan yang salah tentang kecurangan pemilu.

Pemblokiran akun Twitter Trump disebut perusahaan Twitter sebagai akibat pelanggaran serius dari kebijakan integritas sipil. Cicitan Trump bisa dikunci selamanya jika ia tidak menghapus komennya yang dianggap pelanggaran.

Sementara itu, Facebook memblokir Trump selama 24 jam. YouTube juga menghapus video Trump.

Facebook mengatakan, langkah tersebut diambil karena pesan Trump diyakini berkontribusi pada aksi kekerasan di gedung Capitol. Bukan sebaliknya, dilansir dari BBC.

photo
Infografis Biden Depak Trump dari Gedung Putih - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement