Selasa 05 Jan 2021 11:51 WIB

Jack Ma: Dari Hero Menjadi Zero

Munculnya gejala kompleks pembenci orang kaya membuat Jack Ma makin terpojok.

Pendiri Alibaba Jack Ma menjadi pembicara di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10).
Foto:

Oleh : Elba Damhuri*

Kaum sadar demokrasi dan politik modern juga tumbuh. Seorang mahasiswa China, teman waktu kuliah di Inggris, pernah bilang, "Bagaimana Eropa dan Barat mau ajari demokrasi dan ekonomi China sementara kami jauh lebih besar dari mereka."

Lahirnya generasi kaya raya seperti Jack Ma ternyata memunculkan masalah lain: Kebencian berkepanjangan terhadap orang kaya.

Gejala ini disebut sebagai kompleks pembenci orang kaya (the wealthy-hating complex).

"Miliarder luar biasa seperti Jack Ma pasti akan digantung di atas tiang lampu," tulis seorang komentator online dalam postingan media sosial yang beredar luas, merujuk pada slogan hukuman mati yang terkenal di Revolusi Prancis, "À la lanterne!"

Artikel itu, seperti dikutip New York Times, disukai 122 ribu di platform Weibo--mirip Twitter-- dan dibaca lebih dari 100 ribu kali di aplikasi media sosial WeChat.

Partai Komunis tampaknya memanfaatkan kebencian itu. Dalam pertemuan tahunan Partai Komunis China tentang kebijakan ekonomi negara untuk 2021, partai berjanji memperkuat langkah-langkah antitrust dan mencegah "ekspansi modal yang tidak teratur".

Kini Jack Ma menjadi sosok paling dimusuhi di China. Bisnis Alibaba dan Alipay membuat Ma begitu percaya diri sampai menyuarakan "kebenaran" masa depan industri keuangan secara tajam dan keras di hadapan para petinggi pemerintahan China di sebuah forum resmi.

Tentu, kita masih menunggu munculnya kembali Jack Ma, setelah sekian lama menghilang bak ditelan bumi.

*) Penulis adalah Kepala Republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement