Senin 04 Jan 2021 18:58 WIB

Parosmia, Gejala Baru Covid-19 Terkait Kemampuan Membaui

Penelitian di luar negeri, 50-70 persen pasien Covid-19 alami parosmia.

Pasien OTG COVID-19 saat beraktivitas di balkon kamar isolasinya di Graha Wisata Ragunan, Jakarta. Ada sejumlah gejala yang bisa menjadi identifikasi penyakit virus corona baru, salah satu yang terbaru terkait indera penciuman yaitu parosmia.
Foto:

Gangguan kemampuan membaui pada pasien Covid-19 namun berbeda dengan penderita flu. Tim peneliti dari Eropa berhasil menemukan adanya perbedaan antara kehilangan indera penciuman akibat Covid-19 dan flu. Pada pasien Covid-19, kehilangan indera penciuman cenderung tiba-tiba dan berat.

Selain itu, kehilangan indera penciuman pada Covid-19 juga tidak disertai dengan hidung meler atau hidung tersumbat. Sebagian besar pasien Covid-19 yang kehilangan indera penciuman tetap bisa bernapas dengan lega, tanpa sumbatan di hidung.

Perbedaan lainnya, pasien Covid-19 yang kehilangan indera penciuman juga kehilangan indera perasa. Melalui jurnal Rhinology tim peneliti mengatakan pasien Covid-19 ini bahkan sampai tak bisa membedakan rasa pahit dan manis.

Kehilangan indra penciuman atau anosmia pertama kali diketahui sebagai gejala Covid-19 pada akhir Februari 2020. Anosmia resmi masuk ke dalam daftar gejala Covid-19 dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS pada April lalu.

Beberapa studi terdahulu menilai hal ini terjadi karena neuron sensori merupakan tipe sel yang rentan. Neuron sensori berperan dalam mendeteksi dan mengirimkan indera penciuman ke otak.

Akan tetapi, studi terbaru yang dipimpin oleh ahli saraf di Harvard Medical School (HMS) menunjukkan hal sebaliknya. Studi ini ini menemukan tipe sel penciuman merupakan yang paling rentan terhadap infeksi SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.

Tim peneliti mengungkapkan bagian yang rentan terhadap infeksi SARS-CoV-2 adalah sel-sel pendukung penciuman, bukan neuron sensori penciuman. Menurut hasil studi terbaru ini, neuron sensori penciuman tidak mengekspresikan gen yang mengkodekan protein reseptor ACE2. ACE2 merupakan reseptor atau "pintu" yang memungkinkan virus SARS-CoV-2 untuk masuk ke dalam tubuh sel.

Sel-sel pendukung di epitel penciuman bisa kehilangan fungsinya untuk sementara waktu akibat infeksi SARS-CoV-2. Kondisi ini secara tidak langsung menyebabkan perubahan pada neuron sensori penciuman. Perubahan inilah yang dinilai dapat menyebabkan gejala anosmia atau kehilangan indera penciuman pada pasien Covid-19.

"Virus corona baru ini mengubah indera penciuman pasien bukan dengan menginfeksi neuron secara langsung, tapi dengan memengaruhi fungsi sel-sel pendukung," jelas salah satu peneliti senior dan associate professor di bidang neurobiologi dari Blavatnik Institute di HMS Sandeep Robert Datta, seperti dilansir Health 24.

Datta mengungkapkan bahwa sebagian besar gejala anosmia pada pasien Covid-19 tidak bersifat permanen. Ketika infeksi sudah diatasi, neuron penciuman tampaknya tidak perlu digantikan atau dibentuk dari awal.

"Tapi kita membutuhkan lebih banyak data dan pemahaman yang lebih baik mengenai mekanisme mendasarinya untuk mengonfirmasi kesimpulan ini," jawab Datta.

Tim peneliti berharap temuan ini dapat menjadi dasar untuk menemukan terapi atas kondisi tersebut. Selain itu, temuan ini juga diharapkan dapat membantu dalam pengembangan diagnostik Covid-19 berbasis penciuman yang lebih baik.

"Kehilangan penciuman dapat memberikan konsekuensi psikologis yang serius dan dapat menjadi masalah kesehatan masyarakat besar bila kita memiliki populasi dengan kehilangan indera penciuman permanen yang terus bertambah," kata Datta.

Studi terbaru ini emamng berhasil membawa pemahaman yang lebih baik terkait SARS-CoV-2 dan anosmia. Akan tetapi, hasil dari studi ini berbasis observasi tak langsung. Mantan profesor HMS William A Haseltine menilai, biopsi pada jaringan terinfeksi yang menunjukkan bahwa virus benar-benar menginfeksi dan mereplikasi di sel-sel berkelanjutan akan lebih membantu.

photo
Parosmia dan phantosmia usik penyintas Covid-19 - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement