REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat, inflasi tahun kalender 2020 Jatim sebesar 1,44 persen. Catatan tersebut menjadi yang terendah dalam tiga tahun terakhir.
Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan mengatakan, dalam dua tahun sebelumnya inflasi di Jawa Timur di atas dua persen. "Tahun ini menjadi yang terendah dalam tiga tahun terakhir. Inflasi tahun kalender komulatif pada tahun 2019 sebesar 2,12 persen dan tahun 2018 sebesar 2,86 persen," ujar Dadang dalam konferensi pers virtual, Senin (4/1).
Sementara inflasi bulanan, Dadang menyebut sepanjang Desember 2020 mengalami inflasi sebesar 0,46 persen. Lebih rendah dibandingkan Desember 2019 yang tercatat 0,53 persen dan Desember 2018 yang sebesar 0,60 persen.
Dadang mengungkapkan, kelompok makanan, minuman, dan tembakau memiliki andil terbesar terhadap inflasi Desember di Jatim menurut kelompok pengeluaran, dengan kontribusi sebesar 0,35 persen. Kemudian diikuti kelompok transportasi dengan andil 0,11 persen, serta kesehatan yang memiliki andil 0,01 persen.
"Beberapa komoditas ini meningkat memang di momen Natal dan tahun baru. Pola kenaikan harga di minggu ketiga sampai keempat Desember 2020," ujar Dadang.
Sedangkan untuk sepuluh komoditas penyumbang inflasi terbesar, yakni cabai rawit dengan persentase sebesar 51,58 persen. Kemudian angkutan udara 6,61 persen, telur ayam ras 10,61 persen, cabai merah 46,47 persen, dan daging ayam ras 4,32 persen. Lalu ada tomat 40,88 persen, tarif kereta api 9,89 persen, bayam 7,64 persen, tongkol diawetkan 4,6 persen, dan biaya foto kopi 7,76 persen.
Adapun, sepuluh komoditas penyumbang deflasi adalah emas perhiasan 3,66 persen, bawang merah 5,11 persen, udang basah 3,64 persen, apel 3,11 persen, buah naga 16,73 persen, dan biskuit 1,54 persen. Kemudian parfum 0,24 persen, semangka 2,49 persen, alpukat 5,62 persen, serta popok 0,57 persen.