REPUBLIKA.CO.ID, BLORA--Akses warga perbatasan antar daerah khususnya di Kabupaten Blora (Jawa Tengah) dengan Kabupaten Bojonegoro (Jawa Timur) kini semakin mudah. Kedua wilayah tersebut kini telah terhubung jembatan Terusan Blora- Bojonegoro (TBB).
Jembatan TBB sepanjang 1.100 meter dengan lebar 9 meter dan melintas di atas aliran sungai Bengawan Solo tersebut, telah diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Mensesneg Pratikno, Menhub Budi Karya Sumadi dan Menteri PUPR Basuki, Ahad (3/1) ini.
Dengan demikian, wilayah Kabupaten Blora, tepatnya di Desa Medalem, Kecamatan Kradenan dengan wilayah Kabupaten Bojonegoro, di Desa Luwih Haji, Kecamatan Ngraho kini telah tersambung jembatan penghubung.
Keberadaan infrastruktur konektivitas tersebut disambut gembira oleh warga setempat, yang sebelumnya sangat mengandalkan sarana penyeberangan perahu, guna mendukung aktivitas mereka.“Alhamdulillah, sekarang kalau mau menyeberang sudah mudah. Biasanya menyeberang sungai pakai perahu, jadi tidak takut lagi,” kata Siti Halimah (60).
Ia mengaku, selama ini untuk bepergian ke wilayah Bojonegoro, warga Kecamatan Kradenan harus menyeberang dengan perahu, demikian juga sebaliknya warga Kecamatan Ngraho yang akan ke Blora.
Bahkan perahu sebagai sarana untuk menyeberangi sungai Bengawan Solo tersebut sudah ada sejak ia masih usia anak- anak, dari pada warga harus menempuh jarak yang relatif lebih jauh dan memutar. Dengan adanya jembatan TBB tersebut, akses –baik warga Kecamatan Kradenan maupun warga Kecamatan Ngraho-- kini kian tak perlu naik perahu penyeberangan lagi, karena sudah ada jembatan penghubung.“Sekarang kalua mau menyeberang sudah bisa melalui jembatan),” tambah Siti.
Hal tersebut diamini Tamhadi (60), warga Desa Medalem lainnya. Menurutnya, sejak era kakeknya dahulu, akses antar wilayah warga sangat mengandalkan fasilitas penyeberangan dengan perahu. Apabila hendak pergi ke Bojonegoro atau warga Bojonegoro dan kembali lagi ke Blora, kalau lewat jembatan jarak tempuhnya menjadi sangat jauh, karena aksesnya harus memutar terlebih dahulu .
Sehingga, walaupun harus membayar, warga akhirnya memanfaatkan perahu penyeberangan. “Saya menggunakan penyberangan perahu mulai ongkos Rp 50 hingga saat ini menjadi Rp 2.000 per orang, untuk sekali menyeberang,” tambahnya.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan, jembatan terusan (langsung) Blora – Bojonegoro tersebut mulai dibangun pada bulan Juni 2020 lalu. Total panjang fisik jembatan tersebut mencapai 1.100 meter dengan lebar 9 meter. Proses pembangunan jembatan tersebut menelan anggaran hingga Rp 97,5 miliar atas kerjasama antara Pemerintah kabupaten (Pemkab) Blora dan Pemkab Bojonegoro.
“Adanya fasilitas jembatan ini sudah diinginkan warga sejak lama, sebagai sarana pendukung konektivitas warga antar kedua daerah tersebut. Karena selama ini mereka hanya mengandalkan perahu penyeberangan,” jelasnya.
Hari ini jembatan yang sudah diinginkan tersebut sudah jadi, mudah- mudahan yang beresiko tinggi karena nyeberangnya pakai getek, pakai perahu, besok bisa lewat jembatan terusan Blora- Bojonegoro ini.
Ganjar juga mengapresiasi kerjasama yang baik antara Pemkab Blora dengan Pemkab Bojonegoro. “Maka jembatan ini juga menjadi bukti kerjasama yang baik antara Pemprov Jawa Tengah dengan Pemprov Jawa Timur,” tegasnya.
Terpisah, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Pratikno menyampaikan, juga sangat mengapresiasi kerjasama yang baik antara dua daerah, baik di tingkat kabupaten maupun tingkat provinsi.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pelayanan kepada masyarakat harus dilakukan secara bersama-sama. “Jembatan ini menghubungkan masyarakat dua kabupaten dan dua provinsi. Maka inisiatif seperti ini perlu dikembangkan oleh daerah lainnya di tanah air,” katanya.
Pembangunan Jembatan Terusan Bojonegoro-Blora itu lanjut Pratikno diharapkan dapat mendongkrak pembangunan ekonomi kawasan. khususnya antara Jawa Tengah dengan Jawa Timur.
Ditambah kini ada Bandara Ngloram di kabupaten Blora, maka juga bias mendukung konektivitas daerah lain di sekitarnya”Mudah- mudahan akhir tahun bandara Ngloram bisa beroperasi dan bisa mengakselerasi pembangunan ekonomi di kawasan ini,” kata Pratikno