REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survival Covid Indonesia, sebuah komunitas yang beranggotakan para penyintas Virus Covid-19 diluncurkan di gedung PBNU pada Kamis (31/12). Komunitas ini dibentuk untuk memperkuat kelompok masyarakat dalam menghadapi virus Covid-19.
“Tujuan komunitas ini adalah memberikan edukasi kepada masyarakat agar lebih siap menghadapi virus Covid-19 bersama-sama,” ujar deklarator komunitas Survival Covid Indonesia, Ahmad Rozali melalui keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Kamis (31/12).
Rozali sendiri merupakan seorang penyintas Covid-19 yang tertular pada November 2019 lalu. Setelah keluar dari rumah sakit pada 7 Desember, ia mengaku kerap menjadi rujukan bagi rekannya yang mengadapi musibah tersebut. Dari itulah ia berpikir untuk mengorganisir para pentyintas lain untuk saling membantu, minimal untuk komunitasnya masing-masing.
Mantan wartawan Republika ini menjelaskan, gerakan ini juga terinspirasi oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj yang beberapa waktu lalu mendeklarasikan diri saat terpapar Covid-19. Menurut dia, dengan mendeklarasikan statusnya itu, Kiai Said sejatinya sedang menyelamatkan banyak orang di sekitarnya.
Keberanian Kiai Said, bagi Rozali seperti ibrah agar tidak menganggap virus sebagai aib. Lebih jauh, kata dia, keberanian Kiai Said itu juga secara otomatis membuang beban sosial yang dirasa tidak perlu, sehingga si pasien dapat lebih fokus pada penyembuhan.
“Malahan, dengan mendeklarasikan itu, Abuya Kiai Said mendapat perhatian dan doa dari seleruh warga NU. Dukungan dan doa itu menjadi semangat tersendiri untuk kita yang sedang sakit. Nah gerakan ini sebagiannya terinspirasi dari keberanian dari Kiai Said,” ucapnya.
Rozali mengatakan, ada beberapa hal yang akan dilakukan komunitas Survival Covid Indonesia kedepannya. Di antaranya, akan memberikan edukasi pada pribadi yang terdampak Covid, sehingga masyarakat mengetahui apa yang harus dilakukan apabila mereka atau anggota keluarganya terjangkit virus ini.
Selain itu, menurut Rozali, pihaknya juga akan memberikan edukasi pada masyarakat agar tidak menganggap Covid-19 sebagai aib. Sebab, menurut dia, seseorang yang menganggapnya aib cenderung menyembunyikan kondisinya dari lingkungannya, sehingga virus tersebut diam-diam bisa menular pada orang lain.
“Masyarakat kita harus terus diedukasi. Sebab sebagian orang tidak tahu apa yang harus dilakukan saat mereka atau anggota keluarganya terjangkit Covid-19. Ada juga yang tahu, tapi malu untuk mengakui, akhirnya menulari yang lain di sekitarnya,” ucap pria asal Pulau Bawean ini.
Tujuan edukasi lainnya, lanjutnya, untuk menyiapkan agar masyarakat lebih siap apabila anggotanya tertular. Masyarakat, kata Rozali, harus pada tahap menerima dan mensupport anggotanya yang terdampak. “Saya pernah diisolasi. Support teman-teman saya sangat berarti bagi kesembuhan saya waktu itu,” katanya.
Selain edukasi, hal lain yang akan disasar komunitas ini adalah kampanye donor plasma darah untuk membantu pasien bergejala berat yang membutuhkan. Gerakan ini, menurut Rozali, akan membantu menyelamatkan kehidupan orang lain.
“Bertempat di gedung PBNU ini, dengan membaca Alfatihah, dan memohon barokah dari para pendiri NU dan auliya, komunitas Survival Covid Indonesia dengan ini diluncurkan. Alfaatihah,” kata Rozali saat meluncurkan komunitas ini.