Kamis 31 Dec 2020 01:32 WIB

Menggeliatkan Pasar Tradisional dan Mendorong Digitalisasi

Petugas membagikan masker dan mensosialisasikan prokes kepada pedagang dan pembeli.

Rep: Erik PP/ Red: Erik Purnama Putra
Pedagang di Pasar Kramat, Kota Cirebon, Jawa Barat memakai masker yang diberikan petugas dalam rangkaian Festival Pasar Rakyat 2020.
Foto: Dok panitia FPR 2020
Pedagang di Pasar Kramat, Kota Cirebon, Jawa Barat memakai masker yang diberikan petugas dalam rangkaian Festival Pasar Rakyat 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, Petugas dengan memakai masker dilengkapi face shield dan sarung tangan menghampiri setiap pedagang di Pasar Kramat, Kota Cirebon, Jawa Barat pada 12 November lalu. Petugas Adira Finance ini mengunjungi Pasar Kramat sebagai rangkaian Festival Pasar Rakyat (FPR) 2020 untuk melakukan edukasi pencegahan penyebaran Covid-19.

Total 50 ribu masker dibagikan kepada pedagang, pengunjung, maupun manajemen di 30 pasar yang tersebar di Jakarta, Tangerang Selatan, Cirebon, Yogyakarta, Aceh, dan Makassar. Di Cirebon, petugas Adira yang menggandeng Gerakan Pakai Masker juga mendatangi empat pasar tradisional lainnya, yaitu Pasar Pagi, Harjamukti, Perumnas, dan Jagasatru.

Petugas membagikan masker dan mensosialisasikan protokol kesehatan (prokes) kepada para pedagang dan pembeli sebagai rangkaian FPR 2020. Petugas juga berbincang dengan pedagang yang berkeluh kesah penjualan mereka turun selama pandemi Covid-19.

"Kondisi pasar sebelum corona, lumayan cukup ramai, penjualan lumayan, tetapi setelah corona ini, menurun. Terasa banget bagi pedagang," ucap Mahmudah memberi testimoni sembari memakai masker yang dibagikan petugas. Video keluhan pedagang tersebut diunggah di akun Youtube Adira Finance, beberapa waktu lalu

Di lokasi lain, pedagang Pasar Induk Tanah Tinggi, Tangerang, Marsadi, mengatakan, terjadi perubahan perilaku pembeli selama pandemi Covid-19. Saat ini, seluruh pedagang dan pembeli diwajibkan memakai masker ketika berada di area pasar. Menurut dia, pemakaian masker terbukti memberi rasa aman bagi masyarakat yang ingin berbelanja.

Dampaknya, ketika awal pandemi omzet pedagang anjlok, saat ini kembali naik. "Kan ada peraturan Covid-19 dari pemerintah jadinya harus pakai (masker). Konsumen yang belanja sih biasanya 100 persen (sebelum Covid-19), ini paling gak (baru) 70-80 persen," kata Marsadi.

Pendapat Marsadi itu diamini Alex. Menurut dia, ketika awal pandemi Covid-19, masyarakat takut datang ke pasar. Namun, sekarang aktivitas belanja masyarakat di Pasar Induk Tanah Tinggi mulai menggeliat setelah kampanye prokes digalakkan.

"Ada pandemi ini kan pakai masker jaga kesehatan juga biar gak tertular Covid, jadi (penjualan) menurun. Tapi sejak ada aturan pakai masker (dan) rajin cuci tangan malah normal lagi," ucap Alex.

Direktur Marketing Adira Finance, Swandajani Gunadi, menyatakan, kondisi pandemi Covid-19 mendorong masyarakat untuk menerapkan prokes sebagai upaya mencegah penyebaran Covid. Menyikapi fenomena itu, kata dia, perusahaan mengadakan FPR 2020 sebagai pilar CSR yang berlangsung sejak 2015.

FPR merupakan wujud kepedulian perusahaan agar pedagang pasar dapat meningkatkan kesejahteraannya di tengah pandemi Covid-19. Menurut Swandajani, pasar rakyat di mata Adira Finance memiliki posisi strategis, lantaran menjadi tonggak perekonomian para UKM dalam menjalankan roda ekonomi.

"Dan juga pasar rakyat saat ini menjadi etalase kekayaan daerah kamus kuliner dan juga menjadi miniatur budaya sebuah kota, dan juga menjadi karakter sebuah daerah dan jadi sering jadi destinasi wisata unik yang sering dikunjungi wisatawan," ucapnya.

Tidak hanya itu, pihaknya juga mengajak pedagang untuk berkembang dengan memanfaatkan teknologi. Maksudnya pedagang tidak hanya berjualan secara luring di pasar, melainkan juga secara daring demi memperluas jangkauan pembeli. "Kami kampanyekan online ke masyarakat sehingga usaha mereka dapat bertahan dan justru berkembang di masa pandemi," kata Swandajani.

Ketua Umum Asosiasi Pasar Seluruh Indonesia (Asparindo), Joko Setiyanto, mengatakan, datangnya pandemi memang memukul penjualan pedagang pasar tradisional. Karena itu, pihaknya mendorong pedagang yang berlokasi di 9.200 pasar tradisional di Indonesia untuk beradaptasi dengan teknologi.

Karena itu, ia menargetkan, ada pedagang yang mulai mencoba menjual produknya secara daring atau di marketplace. "Saya senang dengan FPR itu meningkatkan gairah pasar, eksosistem juga muncul. Dan digitalitasi ini, sudah sesuai dicanangkan pak presiden pada 2018, ini semua pihak terus-menerus membangkitkan ekonomi pasar rakyat," ucap Joko.

Direktur Penjualan, Pelayanan, dan Distribusi Adira Finance, Niko Kurniawan Bonggowarsito, menyebut, berdasarkan informasi yang diterimanya, omzet pedagang pasar pada Mei hingga Juli lalu di kisaran 40 persen. Saat ini, aktivitas penjualan di pasar sudah mencapai 80 persen dari angka normal sebelum pandemi Covid-19.

Ketika petugas Adira Finance mendatangai pasar, pedagang juga diajak untuk memanfaatkan pasar daring guna meningkatkan volume penjualan. "Dengan adanya digitalisasi itu akan merupakan menambah saluran penjualan mereka. Contoh gampang, misal beli beras ke pasar induk tak perlu datang cukup chat atau ke web memasukkan order nanti diantar ke rumah, itu menambah penjualan volume," kata Niko

Dia mengakui, perubahan perilaku pedagang untuk beralih berjualan ke daring membutuhkan proses dan edukasi secara berkelanjutan. "Pelan-pelan kita harus mulai, semua itu digital, digital itu keniscayaan. Datangnya pandemi Covid ini mempercepat hal itu. Dulunya mereka paham Facebook cuma main-main saja, sekarang bisa digunakan untuk berjualan," ucap Niko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement