REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Sejumlah bahan kebutuhan pokok yang sejak dua pekan terakhir mengalami kenaikan, saat ini mulai mengalami penurunan.
"Mulai turunnya harga sejumlah bahan pokok ini, kemungkinan karena permintaan sudah tidak mengalami lonjakan," ujar Kepala UPT Pasar Segamas Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Kabupaten Purbalingga Adi Narwanto, Rabu (30/12).
Dua pekan sebelumnya, bahan kebutuhan pokok masyarakat di sejumlah pasar tradisional Kabupaten Purbalingga, memang mengalami kenaikan harga. Kenaikan harga ini, terutama terjadi pada pada telur ayam ras dan cabai.
Telur ayam ras yang semula mencapai harga Rp 28 ribu per kg, saat ini turun menjadi Rp 25 ribu per kg. Sedangkan cabai rawit yang sebelumnya sempat menyentuh Rp 60 ribu per kg, saat ini mulai turun menjadi Rp 52 ribu per kg.
Adi Narwanto mengakui, penurunan harga sembako tersebut memang masih cenderung fluktuatif. "Beberapa hari mengalami kenaikan, kemudian turun lagi. Mungkin hal ini juga dipengaruhi faktor cuaca juga," jelasnya.
Selain harga beberapa jenis sembako yang mengalami penurunan, harga beberapa jenis sembako seperti minyak goreng dan bawang merah masih mengalami kenaikan. Bawang merah naik dari Rp 20 ribu menjadi Rp 24 ribu per kg, sedangkan minyak goreng kemasan (refill) naik sekitar Rp 2.000 per kemasan isi 2 liter.
Dia menyebutkan, kenaikan harga beberapa jenis sembako kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Baik karena memang mengalami kenaikan sejak dari proses produksinya, maupun akibat terhambatnya distribusi akibat musim penghujan.
"Saya kira, kenaikan harga sembako kali ini bukan disebabkan oleh melonjaknya permintaan. Dari pengamatan di pasar Segamas, jumlah pengunjung menjelang pada masa libur akhir tahun ini, relatif tidak mengalami lonjakan. Bahkan cenderung lebih sepi bila dibanding hari biasa pada masa sebelum pandemi Covid 19," katanya.
Sepinya pembeli di pasar tradisional, juga terjadi di Pasar Wage Kota Purwokerto. Cahyo (53), pedagang sayur mayur di pasar tersebut, menyebutkan kondisi pasar sejak wabah Covid 19, cenderung selalu sepi. Termasuk masa libur akhir tahun seperti sekarang. "Biasanya, libur akhir tahun menjadi musim panen bagi kami. Tapi libur akhir tahun ini, sama sekali tidak ada kenaikan penjualan," katanya.
Kondisi perdagangan yang lesu, juga diungkapkan para pedagang lainnya. Sugito (45), seorang pedagang daging sapi di pasar tersebut, mengaku sejak Covid 19, omset penjualan dagingnya merosot drastis. Termasuk juga pada masa libur akhir tahun seperti sekarang. "Sebelum ada Covid, saya bisa menjual daging sapi hingga 100 kg per hari. Sekarang, bisa terjual 50 kg saja sudah untung," katanya.