Selasa 29 Dec 2020 17:51 WIB

ICU yang Penuh dan Peningkatan Tajam Kasus Aktif

Indonesia masih harus bersiap diri hadapi lonjakan kasus libur akhir tahun.

Petugas beristirahat di tempat isolasi pasien OTG Covid-19 di Graha Wisata Ragunan, Jakarta, Sabtu (26/12). Pemerintah mengatakan kapasitas ruang isolasi dan ICU pasien Covid-19 terus meningkat.
Foto: ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Petugas beristirahat di tempat isolasi pasien OTG Covid-19 di Graha Wisata Ragunan, Jakarta, Sabtu (26/12). Pemerintah mengatakan kapasitas ruang isolasi dan ICU pasien Covid-19 terus meningkat.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Sapto Andika Candra, Rr Laeny Sulistyawati

Total kasus positif Covid-19 hingga hari ini telah mencapai 727.122. Tren kenaikan kasus pun masih terus terjadi. Akibatnya, penggunaan tempat tidur di ruang isolasi dan ICU rumah sakit semakin meningkat pada Desember ini. Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, menyampaikan persentase penggunaan tempat isolasi di Indonesia pun telah mencapai 62,63 persen dan penggunaan kamar ICU mencapai 55,6 persen per 27 Desember.

Baca Juga

Berdasarkan data dari Kemenkes, terdapat lima daerah tertinggi pemanfaatan tempat tidur ruang isolasi dan ICU. Yakni Provinsi Jawa Barat, Yogyakarta, Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, dan Sulawesi Selatan.

“Tantangan saat ini dalam konteks pelayanan kesehatan adalah peningkatan jumlah kasus, ketersediaan sarana dan prasarana, peralatan dan logistik obat-obatan, serta meningkatnya penularan Covid-19 pada tenaga kesehatan yang berpotensi berdampak pada tertundanya pelayanan kesehatan esensial lainnya,” jelas Wiku saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (29/12).

Wiku mengatakan, pemerintah daerah juga telah mengambil sejumlah kebijakan antisipasi menghadapi kondisi ini. Di antaranya yakni pertama, mengeluarkan surat edaran kepada dinas kesehatan di daerah dan direktur rumah sakit terkait penambahan kapasitas ruang isolasi dan ICU untuk Covid-19 sebesar 30-40 persen dari total jumlah tempat tidur yang telah ada.

Kedua, dirilisnya buku pedoman, pengendalian, dan pencegahan Covid-19 revisi kelima dan buku protokol tata laksana Covid-19.  Dan ketiga, keputusan Menteri Kesehatan tentang penerapan protokol kesehatan di rumah sakit bagi manajemen, pengunjung, dan pasien serta dalam rangka indikator pelayanan.

“Semua kebijakan ini dikeluarkan demi tercapainya manajemen pelayanan kesehatan yang lebih baik dan terus dilakukan oleh dinas kesehatan beserta fasilitas kesehatan,” ujar dia.

Wiku juga menilai diperlukannya koordinasi sistem rujukan layanan kesehatan antara pemerintah pusat dan daerah. Sehingga penanganan Covid-19 akan lebih efektif.

Berdasarkan catatan Satgas Penanganan Covid-19, selama delapan pekan sejak pekan pertama November hingga saat ini terjadi kenaikan kasus positif yang cukup tajam yakni lebih dari 100 persen. Kenaikan tersebut yakni dari 23.089 kasus menjadi 48.435 kasus.

“Kenaikan kasus tidak hanya memakan nyawa namun juga memberikan beban yang sangat berat kepada tenaga kesehatan serta fasilitas kesehatan di Indonesia,” ujar Wiku.

Pada pekan ini, Satgas juga mencatat kenaikan angka kasus positif sebesar 2,8 persen di tingkat nasional dibandingkan pekan sebelumnya. Lima daerah yang menyumbang kasus tertinggi yakni DKI Jakarta yang sebesar 2.204 kasus, Jawa Tengah naik 1.248 kasus, Sulawesi Selatan naik 797 kasus, DIY naik 263 kasus, dan Kalimantan Tengah naik 145 kasus.

Satgas pun menyoroti sejumlah provinsi yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Yakni DKI Jakarta yang selama dua pekan berturut-turut mengalami kenaikan kasus positif lebih dari dua ribu, serta Jawa Tengah, DIY, dan Kalimantan Tengah yang juga menunjukan kenaikan kasus yang signifikan.

“Saya meminta kepada masyarakat bersama pemerintah di provinsi-provinsi yang tadi saya sebutkan untuk bekerja sama menjalankan protokol kesehatan dengan disiplin,” tambahnya.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebutkan persentase kasus positif Covid-19 sudah amat serius hingga 20 persen dalam kurun waktu sepekan terakhir. "Kalau kita melihat persentase kasus positif Covid-19 di Indonesia dalam sepekan terakhir amat serius karena sudah 20 persen lebih. Artinya, risiko penularan amat sangat meningkat," ujar Ketua Satuan Tugas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban.

Padahal, dia melanjutkan, Indonesia juga harus bersiap menghadapi ancaman mutasi virus corona atau varian baru virus ini, yaitu B117. Ia menyebutkan dalam beberapa hari saja sudah ada 1.108 kasus varian baru SARS-CoV2 (Covid-19) di Inggris hingga per 13 Desember 2020.

Zubairi mengutip dugaan peneliti bahwa hampir semua orang di Inggris akan terinfeksi  varian virus yang baru pada medio Januari 2021. Ia menegaskan, virus penyebab Covid-19 ini selalu bermutasi dari waktu ke waktu.

"Namun, varian baru kali ini amat signifikan karena melakukan 15 mutasi yang menyebabkan perubahan asam aminonya. Kita tidak bisa membayangkan kalau virus B117 dari Inggris masuk ke Indonesia," ujarnya.

Zubairi mengutip data dari ahli yang mengatakan varian baru virus corona ini memang tidak lebih mematikan, namun sangat mudah menular. Bahkan, dia melanjutkan, ahli mencatat varian baru virus ni menular jauh lebih cepat hingga 71 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement