Senin 28 Dec 2020 18:36 WIB

Dibanderol Rp 62 Juta, GeNose UGM Sudah Bisa Dipesan

GeNose bekerja mendeteksi virus corona lewat sampel napas yang dideteksi AI.

Petugas menunjukkan alat tes cepat COVID-19 melalui hembusan nafas yang diberi nama GeNose hasil inovasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta saat peluncuran dimulainya penelitian GeNose di RSUP Dr. Sardjito, Sleman, D.I Yogyakarta, Senin (26/10/2020). Saat ini UGM dan RSUP Dr. Sardjito melakukan kerja sama uji diagnosis GeNose yang diklaim memiliki tingkat akurasi sekitar 95 persen.
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Petugas menunjukkan alat tes cepat COVID-19 melalui hembusan nafas yang diberi nama GeNose hasil inovasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta saat peluncuran dimulainya penelitian GeNose di RSUP Dr. Sardjito, Sleman, D.I Yogyakarta, Senin (26/10/2020). Saat ini UGM dan RSUP Dr. Sardjito melakukan kerja sama uji diagnosis GeNose yang diklaim memiliki tingkat akurasi sekitar 95 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Inas Widyanuratikah, Bowo Pribadi

Upaya untuk meningkatkan kemampuan pengetesan virus corona tidak dilakukan dilakukan dengan memperbanyak testing. Terobosan melalui pengembangan teknologi pengetesan Covid-19 juga dilakukan, salah satunya oleh Universitas Gadjah Mada (UGM).

Baca Juga

Setelah pengembangan selama beberapa bulan, hari ini alat pengendus elektronik yang bisa mendeteksi Covid-19 buatan UGM bernama GeNose atau Gadjah Mada Electronic Nose akhirnya mengantongi izin edar. Alat yang akan digunakan untuk skrining ini sudah dapat dipesan dan dijual dengan harga Rp 62 juta per unit.

GeNose memiliki tingkat sensitifitas 92 persen, yang artinya alat ini mampu membaca tanda positif Covid-19 dengan peluang 92 persen. Sedangkan tingkat spesifisitas sebanyak 95 persen, yang artinya alat ini mampu membaca tanda negatif Covid-19 dengan peluang 95 persen.

"Secara garis besar, kelebihan dari GeNose ini hanya butuh sampel napas, hasilnya relatif cepat. Pengalaman saya mencoba hanya dibutuhkan waktu 2 menit. Katakanlah di sini waktu yang dibutuhkan tidak lebih dari 5 menit," kata Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang P.S Brodjonegoro, dalam telekonferensi, Senin (28/12).

Bambang menjelaskan, alat ini menggunakan AI atau kecerdasan artifisial yang mendeteksi partikel. Hal yang dideteksi dari sampel napas bukanlah virus corona, melainkan senyawa yang secara spesifik akan berbeda kalau dikeluarkan oleh pengidap Covid-19.

Selain memiliki relabilitas yang tinggi, alat ini bisa dipakai hingga puluhan ribu pasien dalam jangka waktu yang lama. Setelah batas jumlah pasien tercapai, bukan berarti alat ini tidak bisa digunakan, namun hanya dibutuhkan perawatan dari inovator.

"Jadi intinya, alat ini bisa dianggap sebagai alat yang akurat, aman, terjangkau, dengan desain lokal. Yang masih impor adalah komponen elektroniknya," kata Bambang menambahkan.

Anggota tim peneliti GeNose UGM, Dian Nurputra mengatakan pihaknya telah melakukan dua kali penelitian besar untuk uji validasi alat ini. Uji validasi dilakukan untuk memetakan bagaimana pola dari hembusan napas orang dengan Covid-19 dan orang sakit selain Covid-19.

"Hasilnya, pada saat profiling itu, mesinnya bisa mencapai akurasi lebih dari 97 persen," kata dia lagi.

Dian menjelaskan, saat ini pihak yang membutuhkan sudah bisa melakukan pemesanan. Bahkan, kata dia, pihaknya sudah menerima pesanan dari Singapura. Namun, Dian menegaskan untuk saat ini GeNose dibuat untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.

Adapun terkait dengan potensi adanya varian baru virus Covid-19, Dian menjelaskan AI dari GeNose akan semakin akurat semakin sering digunakan. Jika dilakukan pelatihan secara berkala, maka diharapkan AI di dalam GeNose dapat mengenali varian baru virus tersebut.  

Ketua tim pengembang GeNose, Prof. Kuwat Triyana, mengatakan izin edar GeNose dari Kemenkes turun pada Kamis (24/12). Alat yang diberi nama GeNose C19 secara resmi mendapatkan izin edar bernomor KEMENKES RI AKD 20401022883.

Menurut Kuwat setelah izin edar diperoleh maka tim akan melakukan penyerahan GeNose C19 hasil produksi massal batch pertama yang didanai oleh BIN dan Kemenristek/BRIN untuk didistribusikan. Mereka berharap agar dengan jumlah GeNose C19 yang masih terbatas ini dapat memberikan dampak maksimal.

"Dengan 100 unit batch pertama yang akan dilepas, kami berharap dapat melakukan 120 tes per alat atau atau totalnya 12 ribu orang sehari. Angka 120 tes per alat itu dari estimasi bahwa setiap tes membutuhkan 3 menit termasuk pengambilan napas sehingga satu jam dapat mengetes 20 orang dan bila efektif alat bekerja selama 6 jam," kata dia, Sabtu (26/12).

Kuwat juga menegaskan setelah mendapatkan izin edar GeNose C19 akan segera diproduksi massal. Tim berharap bila ada 1.000 unit nantinya, maka akan mampu melakukan tes sebanyak 120 ribu orang sehari.

Tentunya, lanjut dia, bukan angka tersebut yang menjadi harapan utama. Namun, kemampuan melakukan tes diharapkan akan lebih mudah menemukan orang terinfeksi Covid-19 tanpa gejala dan bisa segera diambil tindakan isolasi atau perawatan.

Ia menjelaskan nantinya biaya tes dengan GeNose C19 cukup murah hanya sekitar Rp 15 hingga Rp 25 ribu. Hasil tes juga sangat cepat yakni sekitar 2 menit serta tidak memerlukan reagen atau bahan kimia lainnya. Selain itu, pengambilan sampel tes berupa hembusan napas juga dirasakan lebih nyaman dibanding usap atau swab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement