REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Ribuan rumah warga di wilayah timur Kabupaten Cirebon terendam banjir, Sabtu-Ahad (26-27/12). Potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat pun diprakirakan masih akan melanda Wilayah Ciayumajakuning (Kota/Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan) hingga akhir tahun 2020.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, wilayah yang terendam banjir itu tersebar di sejumlah kecamatan. Di antaranya, Kecamatan Astanajapura, Lemahabang, Waled, Karangsembung dan Gebang. Ketinggian banjir di daerah-daerah tersebut bervariasi hingga ada yang mencapai 120 centimeter (cm).
Banjir di daerah-daerah itu bermula dari hujan dengan intensitas tinggi selama berjam-jam sejak Sabtu (26/12) sore, yang membuat sungai Ciberes tidak dapat menampung debit air hujan.
"Banjir disebabkan oleh limpahan sungai Ciberes, terjadinya rob sehingga air tidak cepat terbuang ke laut maupun sungai yang semakin dangkal dan menyempit,’’ ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cirebon, Alex Suheriyawan, Ahad (27/12).
Banjir terparah di antaranya terjadi di dua desa di Kecamatan Waled, yakni Desa Gunungsari dan Desa Mekarsari. Di Desa Gunungsari, banjir mulai terjadi pada Sabtu (26/12) pukul 19.30 WIB, dengan tinggi muka air berkisar antara 20 - 125 cm. Di desa itu, tercatat ada 350 rumah warga yang terendam. Banjir juga merendam satu bangunan SMP, SD, TK, PAUD, MI dan masjid.
"Sebanyak 30 jiwa mengungsi di Balai Desa Gunung Sari, termasuk balita dan anak-anak’’ kata Alex.
Sedangkan di Desa Mekarsari, banjir merendam sekitar 350 rumah warga dengan ketinggian antara 30 - 130 cm. Banjir juga merendam satu PAUD, satu MI, satu masjid dan empat mushola.
Banjir yang cukup parah juga terjadi di Kecamatan Astanajapura, tepatnya di Desa Mertapada dan Desa Japurabakti. Di Desa Mertapada, banjir merendam 40 rumah warga dan sebuah mushola dengan ketinggian muka air bervariasi antara 80 - 100 cm.
Di Desa Japurabakti, tinggi muka air tercatat di kisaran 70 - 120 cm. Ada 1.065 rumah warga yang terendam, termasuk sarana pendidian berupa satu SD, 3 MI, dua PAUD maupun sarana ibadah berupa satu buah mushola.
Di Kecamatan Lemahabang, banjir terjadi di Desa Tuk Karangsuwung, dengan tinggi muka air 20 - 60 cm. Tercatat ada satu rumah rusak ringan milik warga bernama Samiun, dan 61 rumah lainnya terendam.
Banjir juga merendam Desa/Kecamatan Lemahabang, dengan tinggi muka air 50 - 100 cm. Di desa tersebut, banjir merendam 191 rumah warga, satu PAUD, satu TK, satu SD dan lima mushola.
Sementara di Kecamatan Gebang, banjir mulai terjadi pada Ahad (27/12) pagi. Banjir di antaranya merendam Desa Gebang Kulon dan Gebang Udik, dengan ketinggian bervariasi hingga sekitar 50 cm. Hingga berita ini diturunkan, masih dilakukan pendataan rumah yang terendam banjir di daerah tersebut.
Alex menilai, banjir yang kerap melanda daerah-daerah itu harus dilakukan upaya pencegahan agar tidak selalu terulang. Salah satunya, dibutuhkan pembuatan sodetan dari sungai tersebut. Selain itu, harus dilakukan normalisasi sungai dan peninggian tanggul serta pembuatan waduk.
"Masyarakat juga diharapkan tidak membuang sampah ke sungai,’’ tukas Alex.
Terpisah, Forecaster Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geologi (BMKG) Stasiun Meteorologi Kertajati, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Izyn, mengungkapkan, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat diprakirakan masih berpotensi terjadi di Wilayah Ciayumajakuning hingga 31 Desember 2020 mendatang.
"Potensi hujan dengan intesitas sedang hingga lebat disertai angin kencang dan petir, terutama pada sore sampai malam hari,’’ tandas Faiz.