Ahad 27 Dec 2020 07:17 WIB

Islam dan Khazanah Kebudayaan

Budaya dan tradisi tertentu tidak jarang dianggap identik dengan TBC

Rep: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)/ Red: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)
Islam dan Khazanah Kebudayaan | Suara Muhammadiyah

Oleh : Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi

Kebudayaan di mana pun terbuka untuk perubahan dan akomodasi dengan nilai-nilai lain di luar kebudayaannya, meskipun ada pakem-pakemnya yang tidak selalu dapat berubah.

Jika mayoritas masyarakat itu Muslim maka akan lahir kebudayaan Islam atau Islami, sebagai wujud aktualisasi atau objektivasi ajaran plus serapan budaya dalam kehidupan kolektif pemeluknya. Dalam ajaran Islam bahkan terdapat serapan budaya atau kebudayaan seperti sebagian cara ritual haji, puasa, akikah, dan sebagainya.

Menutup aurat itu perintah ajaran Islam, tetapi model pakaian itu sepenuhnya budaya atau hasil kebudayaan sesuai dengan sistem pengetahuan kolektif yang berlaku dalam suatu masyarakat atau bangsa. Hal yang lebih penting bukan hanya model pakaiannya, tetapi bagaimana perilaku pemeluknya agar Islami.

Hubungan antara Islam sebagai ajaran dan kebudayaan sebagai sistem pengetahuan kolektif manusia masih menjadi agenda yang tidak pernah selesai untuk diperbincangkan.

Semua orang Islam tentu satu pandangan dalam hal keyakinan bahwa Agama Islam merupakan pedoman hidup utama karena esensinya merupakan wahyu dari Allah SwT yang sempurna, yang tidak dapat diperbandingkan secara setara dengan kebudayaan, ideologi, dan pandangan hidup buatan mamusia. Namun satu hal yang juga tidak terbantah bahwa umat manusia di manapun sepanjang sejarahnya, termasuk umat beragama, tidak dapat lepas dari kebudayaan.

Dalam kaitan dengan kebudaaan terdapat beberapa pandangan dan sikap umat Islam. Satu pihak ada yang berpandangan cenderung negatif atau menisbikan secara mutlak apapun yang berbau kebudayaan, sehingga lahir sikap anti atau alergi budaya serta senantiasa mempertentangkan antara Islam dan kebudayaan.

Pandangan yang satu ini sering disebut kelompok konservatif atau fundamentalis, yang kering dalam memahami budaya atau kebudayaan plus pemahaman tertentu yang cenderung tekstual atau puritan.

Pandangan kedua sebaliknya, yang cenderung memutlakkan kebenaran budaya atau kebudayaan, sehingga kelompok ini bukan hanya menerimanya sebagai sesuatu yang bersifat taken for granted (barang jadi), bahkan sampai batas tententu mengkultuskan atau mendewakan apapun yang bersifat kebudayaan.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan suaramuhammadiyah.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab suaramuhammadiyah.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement