REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jatigede 2x55 Mega Watt (MW) di Kabupaten Sumedang diprediksi mundur enam bulan. Menurut Manager PT PLN Unit Pelaksana Proyek (UPP) Pembangkit Jawa Bagian Tengah (JBT) 2, Arie Nugroho Ardianto, PLTA Jatigede diperkirakan baru akan beroperasi pada 2021 atau paling lambat akhir tahun depan.
Awalnya, PLTA Jatigede diproyeksikan mulai beroperasi November tahun ini. "Keterlambatan ini terjadi karena pandemi Covid-19. Pada awal pandemi, proyek pembangunan sempat dihentikan selama enam bulan tanpa kegiatan sama sekali," ujar Arie kepada wartawan akhir pekan ini.
Menurut Arie, delayed tersebut adalah kondisi yang tidak diharapkan dan terjadi di luar kendali. Keputusan tersebut, menurut dia, terpaksa dilakukan karena sebagian besar kegiatan pembangunan, mencapai 80 persen, dilakukan di bawah tanah dalam kondisi minim ventilasi.
"Karena virus Corina menular lewat airborne, tingkat penularan di ruang tertutup sangat besar. Jadi terpaksa kami hentikan," katanya.
Saat ini pun, kata Arie, proses pembangunan belum bisa 100 persen normal karena protokol kesehatan dan pembatasan jumlah pekerja. Pihaknya menyisasati dengan menambah jumlah shift kerja.
Arie mengatakan, akibat sempat terhenti total selama 6 bulan, progress pembangunan PLTA Jatigede hingga 13 Desember kemarin baru mencapai 82,4 persen dari target 87,12 persen. Ada delayed sebesar 4,72 persen.
“Dilihat dari angka, delayednya memang hanya 4 persen, tapi effort-nya luar biasa,” katanya.
Mengingat proyek terhenti selama 6 bulan penuh, kata dia, kemungkinan besar penyelesaian proyek pembangunan secara keseluruhan juga akan terlambat 6 bulan. Apalagi, karena protokol kesehatan, ada pembatasan jumlah orang yang bekerja setiap shiftnya.
“Semua penggalian sudah selesai, kecuali horizontal penstock tunnel. Progressnya baru mencapai 68,17 persen,” kata Arie.
Hal itu, menurut Arie, terjadi karena kondisi tanah di areal tersebut memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi. Kendati demikian, ia mengaku optimistis, pembangunan horizontal penstock tunnel tersebut akan selesai sesuai target, pada Maret 2021.
“Kami akan berupaya mengejar ketertinggalan,” katanya.
Arie pun tidak menampik, akibat mundurnya progress pembangunan tersebut, terjadi pembengkakan investasi. Namun ia memastikan, nilainya tidak signifikan. Nilai investasi awal kontrak PLTA Jatigede sebesar Rp 1,7 triliun.
“Ini adalah force majeur, tidak bisa dihindari,” katanya.
Sementara itu, Manager Pertanahan PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah (UIP JBT) 1, Asep Irman, mengatakan, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Tangkuban Parahu 3 x 20 Mega Watt (MW) sudah masuk Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN. Namun, menurut dia, proses realiasasinya masih panjang.
“Masih diperlukan visibility study dengan melibatkan banyak pihak. Apalagi, lokasinya di dekat taman nasional. Bagaimana skemanya, kapan dimulai, dan detail lainnya belum bisa dipastikan,” katanya.