Ahad 20 Dec 2020 03:37 WIB

Saat Para Mahasiswa di Sidoarjo Gelar Diskusi Lintas Agama

Saat Para Mahasiswa di Sidoarjo Gelar Diskusi Lintas Agama

Rep: jatimnow.com/ Red: jatimnow.com
Saat Para Mahasiswa di Sidoarjo Gelar Diskusi Lintas Agama
Saat Para Mahasiswa di Sidoarjo Gelar Diskusi Lintas Agama

jatimnow.com - Puluhan mahasiswa dari sejumlah kampus di Sidoarjo mengikuti diskusi lintas agama yang diselenggarakan Aliansi Mahasiswa dan Aktivis Nasional Indonesia (AMAN) Cabang Sidoarjo.

Para peserta yang juga berlatarbelakang lintas golongan dan agama ini pun terlihat antusias dalam mengikuti setiap sesi diskusi dengan tema 'Toleransi Beragama serta Berpancasila, Berbangsa dan Bernegara tersebut.

"Kita membuat acara ini, yang jelas untuk mengkampanyekan toleransi antar umat beragama dan untuk menghindari terjadinya intoleransi yang akhir-akhir ini terjadi," jelas Ketua AMAN Cabang Sidoarjo, M Bhakti Dede, Jumat (18/12/2020).

Dalam diskusi yang diselenggarakan di Hotel Fave itu menghadirkan Ustaz Menachem Ali, Pendeta Bambang Sihombing dan Tokoh Konghucu Sidoarjo Dani Jatmiko.

Sedangkan kalangan milenial yang juga ada dalam diskusi itu adalah Ketua PC PMII Sidoarjo Romlah dan Ketua PC IMM Sidoarjo Ilham akbar Noor.

"Kami mahasiswa ini ingin menjaga kerukunan umat beragama kususnya di Sidoarjo dan Indonesia pada umumnya," terangnya.

Diskusi Lintas Agama di Sidoarjo

Dalam diskusi tersebut, Pendeta Bambang mengungkapkan jika ada empat hal yang diklasifikasikannya dalam pertemuan lintas agama itu.

Pertama adalah ignoren atau eksklusif, tidak peduli satu dengan yang lain. Kedua yaitu apologetis, perjumpaan antar umat beragama hanya menampilkan perbedaan dan kebenarannya masing-masing.

"Ketiga, saya namai koeksistensi, di mana perjumpaan agama dapat hidup berdampingan satu dengan yang lain. Yang keempat adalah proeksistensi, di mana pertemuan kelompok agama saling menghidupi satu sama lain," beber Pendeta Bambang.

Sementara diterangkan Ustaz Manachem Ali, jika agama berbicara mengenai kemanusiaan dan ketuhanan itu nyambung. Tidak bisa dipisahkan.

Contoh kongkritnya, ia menceritakan sosok jenius Ali Bin Abi Thalib dalam tarikh islam, saat menantu nabi itu berjumpa dengan seorang nenek tua beragama Yyahudi hingga membuatnya terlambat salat berjamaah bersama Rasulullah SAW.

Saat ditanyai nabi, Ali pun menerangkan jika saat menuju masjid itu bertemu dan berjalan bersamaan dengan penganut agama Yahudi yang sangat tua. Sayidina Ali pun tidak berani mendahuluinya dan tetap berjalan di sampingnya hingga nenek tersebut sampai tujuan.

"Ini menunjukkan kemanusiaan. Artinya apa? Penghargaan kepada orang tua, apapun agamanya, apapun etniknya," tandasnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan jatimnow.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab jatimnow.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement