REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Perlambatan ekonomi di Jawa Barat melatarbelakangi lahirnya Gerakan Silih Tulungan yang digagas Satuan Tugas (Satgas) Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Daerah Jabar. Silih Tulungan merupakan gerakan sosial, bukan mobilitas sosial.
Ketua Divisi Komunikasi dan Gerakan Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Daerah Jabar, Eric Wiradipoetra mengatakan, Silih Tulungan merupakan gerakan sosial masyarakat, bukan mobilitas sosial. Nantinya, Silih Tulungan akan diaplikasikan menjadi program aksi dan literasi digital Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Daerah Jabar.
Gerakan Silih Tulungan, kata Eric, bertujuan menggali, merevitalisasi, membangunkan, karakter masyarakat Jabar, yakni gotong royong. Menurutnya, gotong royong menjadi modal dasar untuk menyelamatkan, memulihkan, dan menormalkan, ekonomi Jabar yang terpukul telak oleh pandemi Covid-19.
Gerakan Silih Tulungan disarikan dari kredo masyarakat Jawa Barat yakni, Silih Asih-Silih Asuh-Silih Asah. Perlu adanya gerak kohesi sosial setiap individu masyarakat untuk terlibat dalam pemulihan ekonomi daerah. "Diperlukan rancangan gerakan pemulihan yang bertumpu pada keterlibatan masyarakat," kata Eric melalui siaran pers, Kamis (17/12).
Eric menjelaskan, ada tujuh divisi dalam PED yang saling berkolaborasi untuk pemulihan ekonomi di Jabar. Kolaborasi ini diperlukan untuk bersama-sama bergerak dari berbagai sisi dalam upaya pemulihan ekonomi.
Tujuh divisi yang terlibat dalam PED yakni divisi pertanian dan ketahanan pangan, divisi pariwisata telekomunikasi dan transportasi, divisi kontruksi dan properti, divisi komunikasi dan gerakan, divisi manufatur, luar negeri dan tenaga kerja, divisi usaha mikro kecil menengah dan ekonomi kreatif dan divisi kajian ekonomi dan jasa keuangan.
"Kami sudah membuat buku, Patokan Gerak, sebagai langkah dan petunjuk Silih Tulungan ini agar bisa bergerak beriringan dan terorganisasi. Programnya sudah direncanakan masing-masing divisi," ungkap Eric.
Silih Tulungan, kata dia, harus menjadi gerakan sosial yang menjadi budaya masyarakat Jabar di masa kini dan mendatang.