REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya Musyaffak Fauzi mengungkapkan, pihaknya baru saja mengekspor sebanyak 19,8 ribu ton hasil perkebunan Jatim, melalui Pelabuhan Tanjung Perak dan Bandara Juanda. Komoditas hasil pertanian yang diekspor mencapai Rp 692 miliar.
Kesemuanya menjadi bagian dari pelepasan ekspor raya dalam menyambut Hari Perkebunan Nasional ke-63 tahun 2020. Penyumbang 5 terbesar ekspor produk perkebunan melalui fasilitasi Karantina Pertanian Surabaya, kata Musyaffak, adalah kelapa sawit sejumlah 13,6 ribu ton, kacang mede 2,5 ribu ton, produk kelapa mulai dari kelapa bulat, kopra, hingga santan kelapa sebanyak 1,5 ribu ton, produk kakao bubuk dan pasta 611 ton, dan cengkeh 544 ton.
"Selebihnya tersebar dalam 15 komoditas perkebunan lainnya,” ujar Musyaffak melalui siaran tertulisnya, Senin (14/12).
Menurut Musyaffak, tidak semua komoditas perkebunan tersebut berasal dari Jawa Timur. Ada yang didatangkan dari daerah sentra lainnya dan dikumpulkan di Jawa Timur untuk diekspor melalui Pelabuhan Tanjung Perak maupun Bandara Juanda.
Musyaffak mengakui, pihaknya terus mendorong akselerasi ekspor sektor pertanian ke beberapa negara. Peningkatan kapasitas ekspor juga menjadi bagian upaya pemulihan ekonomi, yang menjadi prioritas pemerintaj di tengah pandemi Covid-19 yang masih tmelanda.
Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil menambahkan, dari rekaman sistem perkarantinaan pertanian IQFAST mencatat komoditas perkebunan yang laris di pasar dunia selain sawit dan produk turunannya adalah kelapa, kopi, karet, mede dan pinang biji. "Selain itu rempah juga menunjukkan tren permintaan yang cukup tinggi, khususnya di saat musim pandemi ini," ujar Jamil.
Berdasarkan data BPS, ekspor sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang signifikan pada kuartal I yang tumbuh 2,19 persen, dan kuartal II tumbuh 2,15 persen (yoy). "Lebih dari 70 persen ekspor pertanian disumbang oleh sub sektor perkebunan. Ke depan, agar dapat lebih memberikan dampak dan nilai tambah hasil perkebunan ini kita olah dahulu, baru di ekspor," kata Jamil.