REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD membuat klarifikasi terkait pernyataannya soal Jusuf Kalla (JK) dan Habib Rizieq Shihab (HRS). Menurut Mahfud, berita berjudul 'Fenomena HRS, Mahfud MD Setuju dengan Pendapat Jusuf Kalla' termasuk salah narasi.
"Berita salah narasi. Saya setuju dengan JK dalam konteks seperti terjadi kekosongan pemimpin Islam yang berperan melakukan nahi munkar. Seperti JK, saya tak pernah mengatakan kekosongan pemimpin formal di Indonesia melainkan melemahnya peran 'nahi munkar' ormas dan parpol Islam," kata Mahfud yang meminta Republika mengutip akun Twitter, @mohmahfudmd.
Menurut Mahfud, pernyataan sepakat dengan JK terkait dengan konteks Aksi Bela Islam 411 dan 212 pada 2016, disampaikannya dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC).
"Ketika empat tahun lalu (2016) terjadi aksi besar 411 & 212 melalui ILC TV One, saya bilang, umat yang ikut membanjiri demo itu bukan karena pengikut FPI atau MRS, tapi karena numpang protes melalui orang yang berani bernahi munkar. Mengapa? Karena saat itu tokoh-tokoh & ormas Islam lebih banyak beramar makruf. Lihat ILC," kata Mahfud.
Dia pun kembali menyinggung wawancara dengan Claudius Boekan dari Berita Satu yang videonya diunggah ke Youtube berjudul 'Mahfud Tanggapi JK & Revolusi Rizieq'.
"Dua pekan lalu saya di-interview oleh satu televisi tentang pernyataan Pak JK bahwa fenomena MRS disebabkan terjadi kekosongan pemimpin Islam. Maka saya jawab, 'Di ILC dulu saya sudah bilang begitu. Jadi saya setuju dengan Pak JK, terjadi kekosongan peran tokoh dan organisasi Islam, bukan pemimpin formal," ucap Mahfud.
Sebelumnya, pembawa acara Claudius Boekan menanyakan ke Mahfud, "Pak Jusuf Kalla sampai mengeluarkan pernyataan bahwa sepertinya sebagian masyarakat membutuhkan pemerintah informal yang kharismatis, karena ada kekosongan kepemimpinan di level formal. Apakah Pak Mahfud merasakan seperti itu?"
Mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) tersebut pun menjawab, "Itu sebelum Pak Jusuf Kalla mengatakan itu, dua tahun lalu saya sudah katakan. Sebenarnya ini orang banyak marah karena ketidakadilan, dan orang sedang mencari figur pemimpim yang berani menyatakan, melakukan mendobrak kebatilan, dan itu kemudian diawakili oleh Habib Rizieq."