Sabtu 05 Dec 2020 05:32 WIB

Pengembangan Wisata Tahu Na Po Tet

Tersedia sejumlah gazebo dan tempat duduk serta meja makan yang terbuat dari kayu.

Rep: Eva Rianti/ Red: Bilal Ramadhan
Pabrik tahu tertua di Tangerang Selatan, Tahu Na Po Tet membangun tempat makan layaknya destinasi wisata.
Foto: Eva Rianti
Pabrik tahu tertua di Tangerang Selatan, Tahu Na Po Tet membangun tempat makan layaknya destinasi wisata.

REPUBLIKA.CO.ID, Nama Pabrik Tahu Na Po Tet belakangan cukup santer terdengar. Pabrik tahu tertua di Tangerang Selatan itu rupanya kini bertransformasi dan berinovasi dengan menghadirkan restoran berkonsep alam terbuka di area lokasi produksi tahu. Inovasi itu muncul sebagai respons dari adanya kondisi sulit di tengah pandemi Covid-19.

Santo Halim, salah satu pemilik Pabrik Tahu Na Po Tet menuturkan, kondisi pandemi Covid-19 telah menurunkan omset bisnisnya cukup dalam, sehingga mendorongnya untuk melakukan inovasi. Lokasi pabrik yang berada di Jalan Tekukur, Bakti Jaya, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten itu, kata dia, awalnya hanya merupakan tempat produksi, namun saat ini disediakan pula tempat makan untuk para konsumen atau masyarakat penikmat tahu.

“Kita kan suplai ke supermarket ya. Sebelum pandemi itu ada 50 supermarket, sekarang hanya ada 10 supermarket. Dulu 14 pegawai sekarang tinggal separuhnya. Omset juga turun sampai 50 persen. Untuk mensiasati itu, akhirnya kami membuka resto, jadi di sini ada pabrik tahu dan ditambah orang makan di tempat,” ujar Santo saat ditemui Republika di lokasi Pabrik Tahu Na Po Tet, Rabu (2/12).

Dengan menghadirkan restoran, sebanyak 150 kilogram atau setara dengan 3.000 butir tahu diproduksi per harinya di Pabrik Tahu Na Po Tet. Untuk satu butir tahu mentah dibanderol dengan harga Rp 2.000, sehingga dalam satu hari setidaknya omset mencapai Rp 6 juta. Dalam sebulan dengan jumlah hari kerja sebanyak 24 hari, omsetnya bisa mencapai sekitar Rp 140 juta.

Omset tersebut, kata Santo telah menyamai omset pada saat sebelum pandemi, sehingga inovasinya dinilai berhasil. Bahkan saat ini diketahui pegawainya yang awalnya berkurang saat awal-awal pandemi, kini justru bertambah menjadi 17 orang, di antaranya tujuh orang bekerja di pabrik dan 10 orang bekerja di restoran.

Dengan inovasi pengembangan yang dilakukan, Santo mengatakan tetap terus berfokus pada produk dengan menjaga kualitas yang secara turun-temurun terus terjaga. Tahu Na Po Tet diketahui diproduksi dengan cara tradisional, yakni dimasak dengan menggunakan kayu bakar untuk menghasilkan kualitas tahu yang bagus. Di samping itu, dia juga menjaga kondisi lingkungan yang bersih di area produksi tahu.

Dihadirkannya restoran di area pabrik tahu tersebut ternyata mengundang banyak konsumen untuk berdatangan. Santo menyulap area bagian belakang pabrik tahu menjadi tempat makan, yang lebih mirip seperti tempat wisata.

Bahkan dari gerbang depan, sudah ada kesan tempat tersebut telah menjelma menjadi destinasi wisata. Memasuki area restoran terpampang papan bertuliskan ‘Selamat Datang’ lengkap dengan foto penggagas pabrik tahu tersebut, yakni Na Po Tet.

Bergerak ke sisi dalam, pengunjung disajikan dengan restoran berkonsep alam terbuka. Tersedia sejumlah gazebo dan tempat duduk serta meja makan yang terbuat dari kayu. Suasana alam terbuka makin lengkap dengan berdirinya pohon-pohon jati yang membuat suasana menjadi lebih rindang dan sejuk. Bahkan tersedia pula playground yang bisa digunakan untuk anak-anak bermain seperti perosotan dan ayunan.

Ninik Illawati (45 tahun), salah seorang pengunjung asal Pamulang mengatakan, restoran yang disajikan di lokasi Pabrik Tahu Na Po Tet memang menarik untuk menjadi destinasi wisata. Dia menuturkan, baru pertama kali bertandang ke tempat tersebut setelah mengetahuinya dari media sosial. Menurutnya, tempat itu terbilang menarik untuk menjadi ruang untuk bersantai sejenak dari hiruk pikuk perkotaan.

View-nya enak sih. Jadi bisa sekalian refreshing,” kata Ninik seraya menyantap tahu goreng aci Na Po Tet yang masih panas di hadapannya.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement