Kamis 03 Dec 2020 03:15 WIB

Stigma Pasien Covid-19 karena Kurangnya Informasi

Satgas kini telah terjun melakukan sosialisasi sampai ke level RT/RW

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi Covid-19
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Idealnya orang yang terinfeksi virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) membutuhkan dukungan dari orang-orang sekitarnya, termasuk keluarga hingga tetangga supaya segera pulih. Namun, pasien Covid-19 seringkali mendapatkan stigma yang buruk.

Humas Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Halik Malik menjelaskan, stigma terjadi karena kurangnya informasi dan menyebabkan pemahaman yang kurang. "Kemudian ini menyebabkan kekhawatiran yang berlebihan sehingga menyebabkan stigma terhadap orang yang positif Covid-19," ujarnya saat dihubungi Republika, Rabu (2/12).

Baca Juga

Oleh karena itu, dia melanjutkan, stigma harusnya menjadi perhatian semua pihak supaya orang-orang yang positif Covid-19 ini mendapatkan perhatian dan dukungan. Oleh karena itu, ia meminta pemerintah atau pihak-pihak yang punya pengaruh di masyarakat atau local leader kemudian tokoh-tokoh di masyarakat bisa ikut memberikan penjelasan atau edukasi kepada lingkungannya. Halik mengaku bersyukur satuan tugas (Satgas) kini telah terjun melakukan sosialisasi sampai ke level RT/RW.

Diharapkan dengan upaya ini, pasien bisa tenang diisolasi sampai sembuh dan bisa kembali beraktivitas. "Jadi, bukan mendapatkan tekanan atau stigma di masyarakat," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement