REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Idealnya orang yang terinfeksi virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) membutuhkan dukungan dari orang-orang sekitarnya, termasuk keluarga hingga tetangga supaya segera pulih. Namun, pasien Covid-19 seringkali mendapatkan stigma yang buruk.
Humas Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Halik Malik menjelaskan, stigma terjadi karena kurangnya informasi dan menyebabkan pemahaman yang kurang. "Kemudian ini menyebabkan kekhawatiran yang berlebihan sehingga menyebabkan stigma terhadap orang yang positif Covid-19," ujarnya saat dihubungi Republika, Rabu (2/12).
Oleh karena itu, dia melanjutkan, stigma harusnya menjadi perhatian semua pihak supaya orang-orang yang positif Covid-19 ini mendapatkan perhatian dan dukungan. Oleh karena itu, ia meminta pemerintah atau pihak-pihak yang punya pengaruh di masyarakat atau local leader kemudian tokoh-tokoh di masyarakat bisa ikut memberikan penjelasan atau edukasi kepada lingkungannya. Halik mengaku bersyukur satuan tugas (Satgas) kini telah terjun melakukan sosialisasi sampai ke level RT/RW.
Diharapkan dengan upaya ini, pasien bisa tenang diisolasi sampai sembuh dan bisa kembali beraktivitas. "Jadi, bukan mendapatkan tekanan atau stigma di masyarakat," katanya.