Rabu 02 Dec 2020 17:33 WIB

BoksMan Asia Catatkan 150 Perjalanan Kontainer per Bulan

LPI ini menjadi indikator pembanding sistem logistik.

Kapal bermuatan puluhan kontainer (ilustrasi).
Foto: Republika/ Wihdan
Kapal bermuatan puluhan kontainer (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Performa sistem logistik nasional Indonesia dinilai belum optimal. Berdasarkan laporan Logistics Performance Index (LPI) yang dikeluarkan World Bank pada tahun 2018, Indonesia berada di posisi ke-46 dari 155 negara. Posisi ini tertinggal dari negara tetangga, seperti Malaysia di peringkat 41, Vietnam di peringkat 39, dan Thailand di peringkat 32. 

LPI ini menjadi indikator pembanding sistem logistik, yang memperhitungkan banyak aspek, mulai dari efisiensi bea cukai, kualitas infrastruktur transportasi, kemudahan pengiriman internasional, serta frekuensi pengiriman tepat waktu.

“Penyedia jasa angkutan kontainer di area Jabodetabek memiliki utilisasi sangat rendah, yaitu hanya 0,8 trip per hari atau 18-20 trip per bulan. Hal ini terjadi karena tata letak kawasan industri, pelabuhan, dan depot kontainer telah menciptakan jarak tempuh yang mengakibatkan pergerakan truk tidak maksimal. Kemudian, diperparah dengan proses impor dan ekspor serta inbound dan outbound domestic yang terfragmentasi," kata Chief Executive Officer BoksMan Asia, Johannes Situmorang di Jakarta, Rabu (2/12).

Menurut dia, proses impor dan ekspor serta inbound dan outbound domestic di Pelabuhan Jakarta yang terfragmentasi menyebabkan adanya 12.000 truk trailer yang setiap hari berlalu-lalang tanpa muatan alias kosong.

Atas dasar sejumlah data tersebut, kata dia, BoksMan Asia memilih berkolaborasi dengan pengelola depot kontainer dengan membangun temporary place untuk perpindahan container atau peti kemas di area industri. Keberadaan temporary place, kata dia, tersebut membuat pergerakan truk yang efisien hingga meningkatkan utilisasi truk trailer sebesar dua kali lipat.

"Digitalisasi serta penerapan bisnis model inovatif ini akan menguntungkan banyak pihak yang terlibat di dalamnya. Penyedia jasa angkutan kontainer bisa meningkatkan utilisasi truk hingga dua kali lipat, meningkatkan keuntungan bagi forwarder, dan perusahaan pelayaran dapat memaksimalkan penggunaan kontainernya dengan menekan waktu penumpukan di depot kontainer," kata dia memaparkan.

Pada akhirnya, peningkatan efisiensi ini akan mengatasi keruwetan angkutan kontainer pelabuhan dan akan berdampak positif terhadap pengurangan kemacetan, terutama jumlah angkutan kontainer yang lalu-lalang, pengurangan jumlah penggunaan BBM, serta emisi karbon.

"Terbukti, di tengah ruwetnya pelabuhan di Indonesia dan ditambah pandemi yang sangat memengaruhi kondisi bisnis di dunia saat ini Boksman Asia mampu mencatatkan setidaknya 150 perjalanan per bulan dan menargetkan untuk meningkatkan angka ini sepuluh kali lipat di akhir tahun," kata dia.

Ia menjelaskan, BoksMan Asia telah merangkul puluhan perusahaan mitra, belasan forwarders dan belasan perusahaan truk. Perusahaan ini, kata dia, telah didukung oleh lebih dari 760 truk dalam ekosistem digitalnya, dan sedang dalam proses negosiasi akhir untuk meresmikan kerjasama depot kontainer di kawasan industri.

Ia mengatakan, tidak hanya angkutan kontainer pelabuhan, saat ini BoksMan Asia sedang mempersiapkan berbagai platform logistik lainnya yang tidak hanya mengusung digitalisasi. Namun, perubahan bisnis model sehingga menciptakan ekosistem yang menguntungkan dan berkelanjutan.

"Mulai dari angkutan barang antarkota dan provinsi, penyewaan gudang dengan waktu sewa yang fleksibel, serta pengiriman barang retail menggunakan pendekatan crowd sourcing. Kami akan menciptakan efisiensi secara menyeluruh pada ekosistem logistik di Indonesia,” kata Johannes.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement