REPUBLIKA.CO.ID, oleh Kamran Dikarma, Alkhaledi Kurnialam
Inggris menuju satu langkah pasti dalam penggunaan vaksin Covid-19 bagi rakyatnya. Hari ini, Rabu (2/12), Pemerintah Inggris memberikan persetujuan atas vaksin Covid-19 yang dikembangkan Pfizer-BioNTec. Pekan depan diperkirakan vaksin Covid-19 akan mulai diberikan ke masyarakat Inggris.
"Pemerintah hari ini telah menerima rekomendasi dari Badan Pengatur Obat dan Produk Kesehatan (MHRA) independen untuk menyetujui vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech untuk digunakan," kata Pemerintah Inggris dalam sebuah pernyataan.
Proses distribusi vaksin akan segera dilakukan. Menurut pemerintah, vaksin bakal tersedia di seluruh Inggris pekan depan. "Ini kabar yang sangat bagus," kata Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock menanggapi hal tersebut.
Bulan lalu Pfizer-BioNTech mengumumkan hasil uji klinis tahap akhir vaksin Covid-19. Mereka mengklaim vaksin yang dikembangkannya memiliki tingkat keefektifan 90 persen. Kabar tersebut disambut positif karena dianggap menjadi titik harapan untuk menangani pandemi.
"Kabar bagus dari Pfizer dan BioNTech atas kesuksesan uji klinis terakhir mereka untuk vaksin Covid-19. Komisi Uni Eropa akan segera menandatangani kontrak dengan mereka untuk 300 juta dosis," kata Ketua Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen melalui akun Twitter pribadinya pada 11 November lalu, tak lama setelah Pfizer-BioNTech mengumumkan hasil uji coba klinis tahap akhir.
Pfizer pun memulai program percontohan imunisasi Covid-19 di empat negara bagian Amerika Serikat (AS). Wilayah yang dipilih adalah Rhode Island, Texas, New Mexico, dan Tennessee. Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada 16 November, Pfizer memilih empat negara bagian tersebut karena perbedaan dalam ukuran keseluruhan, keragaman populasi, dan infrastruktur imunisasi.
“Empat negara bagian yang termasuk dalam program percontohan ini tidak akan menerima dosis vaksin lebih awal daripada negara bagian lain berdasarkan uji coba ini, juga tidak akan menerima pertimbangan yang berbeda,” kata Pfizer.
Pengembangan vaksin memang telah menjadi tantangan utama dalam penanganan pandemi Covid-19. Namun resistensi publik terhadap vaksin juga muncul sebagai arena baru pembahasan. Sejumlah jajak pendapat yang dilakukan sebelum dan selama pandemi menunjukkan adanya ketidakstabilan kepercayaan terhadap vaksin. Proses pembuatan vaksin yang "dikebut" menjadi salah satu faktor kekhawatiran, dikutip dari Reuters.
Dikutip dari The Guardian, vaksin Pfizer memiliki metode penyimpanan yang tidak mudah. Vaksin tersebut harus disimpan di suhu minus 70 derajat Celcius. Perusahaan namun telah mengatakan, vaksin bisa disimpan selama lima hari kulkas dengan suhu minus dua sampai minus delapan derajat Celcius.
Di Inggris, kelompok pertama yang akan mendapatkan prioritas adalah warga yang menjalani perawatan di panti, seperti panti wredha misalnya. Mereka adalah kelompok yang tidak bisa mendatangi pusat vaksinasi. Dengan penyimpanan di suhu kulkas, vaksin memungkinkan dibawa ke fasilitas tempat kelompok rentan ini tinggal. Prioritas berikutnya adalah kelompok masyarakat yang berusia lebih dari 80 tahun dan tenaga kesehatan.
Berdasarkan uji klinis, data menunjukkan vaksin Pfizer memiliki efektivitas yang sama di relawan usia muda dan mereka di atas 65 tahun yang berisiko tinggi terinfeksi. Terkait gender, ras, dan etnis vaksin ini dilaporkan sama efektifnya.
Kombinasi manufaktur Pfizer dan BioNTech diharapkan bisa menghasilkan pasokan global hingga 50 juta dosis vaksin di 2020 dan 1,3 miliat dosis vaksin di akhir 2021. Untuk di Inggris, sebanyak 40 juta dosis akan segera keluar.
Pemerintah mengharapkan tahun ini setidaknya 10 juta dosis sudah diterima. Pengiriman vaksin akan berlanjut hingga 2021.
AS juga telah memesan 100 juta dosis vaksin Pfizer. Sedang Eropa sudah membeli 200 juta vaksin Covid-19 Pfizer. Negara-negara Eropa lain diperkirakan akan mengeluarkan persetujuan vaksin dalam pekan mendetang.
Saat ini, dunia juga masih menunggu kabar dari persetujuan vaksin Covid-19 produksi Moderna oleh Food and Drugs Administration (FDA) Amerika. Moderna telah menyelesaikan uji klinis fase tiga dan menemukan vaksin itu 94,1 persen efektif melawan Covid-19.
Moderna bahkan menyebut vaksin itu 100 persen efektif mencegah kasus penyakit parah. Efektivitasnya diklaim sama di semua kategori usia, ras dan jenis kelamin, kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan. Sejauh ini tidak ada masalah keamanan yang serius, tambahnya. Efek samping yang paling umum adalah kelelahan, sakit kepala, dan nyeri otot dan sendi.
Moderna mengatakan pihaknya mengharapkan Komite Penasihat Vaksin FDA dan Produk Biologi Terkait untuk bersidang pada 17 Desember dan membahas produknya. Pengajuan ini berlangsung sepekan setelah FDA diperkirakan akan membahas kandidat lain, yang dikembangkan oleh raksasa farmasi AS Pfizer dan mitra Jermannya BioNTech. Mereka juga telah mengajukan permohonan untuk persetujuan regulasi setelah mengamati tingkat kemanjuran yang serupa.
Baik vaksin Moderna dan Pfizer-BioNTech melibatkan penyisipan kode khusus yang disebut mRNA ke dalam tubuh, mengelabui untuk mengembangkan respons kekebalan. Tidak ada obat berbasis mRNA yang pernah mendapat persetujuan sebelumnya.
Profesor di Institut Leibniz untuk Penelitian Pencegahan dan Epidemiologi Jerman, Hajo Zeeb, mengatakan sangat menggembirakan bahwa dua studi terpisah sama-sama menemukan tingkat keberhasilan yang tinggi. "Saya akan terkejut jika sesuatu yang berbeda muncul dalam proses FDA dan saya pikir kemungkinan besar ini akan disetujui," katanya dilansir NBC News, Senin (30/11).
Meskipun optimistis, Zeeb mengingatkan persentase yang tepat dapat berubah ketika ratusan juta, bukan puluhan ribu, orang mulai menggunakan vaksin. "Ini masih angka kecil secara keseluruhan. Tetapi pengurangan pada kasus yang parah persis seperti yang ingin kami lihat. Jika itu hanya virus ringan, kami dapat menerimanya," katanya tentang ukuran sampel uji coba.
Moderna menerima Rp 14 triliun lebih dana pemerintah federal AS untuk mengembangkan dan memproduksi kandidat vaksin. Sementara dana lebih dari Rp 15 triliun lainnya untuk memasok vaksin ke publik Amerika.
Percobaannya melibatkan 30 ribu orang, setengah dari mereka diberi kandidat vaksin dan setengah lainnya diberi plasebo. Dari kelompok ini, para ilmuwan mencatat 196 kasus Covid-19, hanya 11 di antaranya berasal dari kelompok yang telah diberi vaksin.
Ada 30 kasus penyakit serius - semuanya dalam kelompok plasebo. Jadi, kata Moderna, dari 15 ribu orang yang diberi vaksin, tidak ada yang sakit parah dengan Covid-19 selama masa percobaan.
Perkembangan vaksin baru-baru ini telah disambut dengan optimisme yang meluas di antara para ilmuwan dan pasar saham. Namun para ahli juga mendesak kehati-hatian sampai lebih banyak data dirilis di luar siaran pers kemenangan non-peer-review dari berbagai perusahaan.
Uji coba vaksin ini terutama ditujukan untuk mencegah penyakit bergejala. Akan tetapi masih ada pertanyaan tentang seberapa efektif vaksin tersebut dalam menghentikan penularan.
Presiden terpilih Joe Biden juga telah memperingatkan bahwa vaksin, yang masih membutuhkan waktu untuk disetujui dan diluncurkan, mungkin belum bisa meredakan penularan khususnya di musim dingin yang berat yang dihadapi AS, Eropa, dan tempat lain.
Kasus virus corona terus meningkat. Lebih dari 267 ribu orang Amerika tewas dan kekhawatiran bahwa Thanksgiving mungkin membawa lebih banyak lagi korban jiwa. Eropa dicengkeram oleh gelombang serupa sampai tindakan lockdown yang meluas mulai membalikkan keadaan. Lebih dari 1,4 juta orang telah terbunuh secara global.