Senin 30 Nov 2020 12:26 WIB

Jalan Terjal Para Jawara

Para klub elite Eropa itu belum menemukan konsistensi permainan seperti biasanya.

Pelatih Juventus, Andrea Pirlo
Foto: EPA-EFE/SERGEY DOLZHENKO
Pelatih Juventus, Andrea Pirlo

Oleh : Frederikus Bata

REPUBLIKA.CO.ID, Tertatih-tatih. Demikian Ungkapan yang tepat untuk menggambarkan perjalanan beberapa raksasa Eropa sejauh musim 2020/21 berjalan. Konteksnya seputar petualangan mereka di ranah domestik.

Para elite tersebut, belum menemukan konsistensi permainan seperti biasanya. Belum diketahui secara detail mengapa hal itu terjadi. Pertama, Real Madrid. Kita tahu Los Blancos merupakan juara bertahan La Liga Spanyol. Sejak periode restart musim lalu, Madrid menggila hingga menjadi kampiun.

Tapi apa yang terjadi pada musim ini? Tepatnya hingga journada ke-10, si putih baru meraih lima kemenangan, dua imbang, dan tiga kali terjungkal. Teranyar, tampil di kandang sendiri, Stadion Alfredo di Stefano, skuat polesan Zinedine Zidane ditumbangkan tim papan tengah, Deportivo Alaves. Beberapa pekan lalu El Real dipecundangi klub promosi, Cadiz CF.

Namun di kancah La Liga, kreativitas mereka menurun. Inkonsisten dan berbagai hal negatif lainnya. Madrid yang perkasa di markas Barcelona, bisa ditampar habis-habisan oleh Valencia. Kemudian dihajar beberapa tim semenjana. Membingungkan.

Berikutnya, Juventus. Si Nyonya Tua juga berstatus juara bertahan liga domestik, yakni di Seri A Italia. Jangan tanyakan bagaimana kualitas individu skuat polesan Andrea Pirlo itu. Nyaris di segala lini Juve memiliki pemain inti dan pelapis yang kelasnya tak jauh berbeda. Namun petualangan Bianconeri hingga giornata kesembilan Seri A musim ini, jauh dari kata memuaskan. Raksasa Turin bahkan terlempar dari zona big four.

Kendati belum pernah merasakan kekalahan di liga domestik, sejatinya itu tak cukup membantu. Pasalnya, Leonardo Bonucci cs baru mengoleksi empat kemenangan, dan lebih akrab dengan hasil imbang.

Sama seperti Madrid di atas, Bianconeri belum berada di level terbaiknya. Namun di Liga Champions, wakil Italia itu trengginas. Giorgio Chiellini cs sudah memastikan satu tempat di babak 16 besar kompetisi terelit benua biru. Padahal babak penyisihan menyisakan dua pertandingan lagi.

Selanjutnya ada Manchester City di Inggris. Okelah, City bukan juara bertahan Liga Primer Inggris, layaknya Madrid di Spanyol, atau Juve di Italia. Kemudian saat saya membuat tulisan ini, skuat polesan Josep Guardiola, baru saja menghajar Burnley, lima gol tanpa balas.

Tapi tetap saja, pasukan biru langit sudah masuk kategori raksasa Inggris, dalam satu dekade terakhir. Namun sejauh musim 2020/21, Kevin de Bruyne cs, tidak menampilkan daya ledak seperti biasanya. Bayangkan klub dengan amunisi mentereng seperti itu, bertengger di tangga ke-15 klasemen sementara.

Alasan paling logis mengapa City seperti ini, karena badai cedera. Namun Liverpool juga mengalami hal serupa. Bedanya, the Reds ada di papan atas. Jadwal padat juga dikeluhkan tim-tim Negeri Ratu Elisabeth. Akan tetapi, Guardiola punya skuat yang dalam, yang bisa dirotasi kapan pun. Tugas berat baginya untuk membenarkan prediksi para pengamat.

Sebelumnya, City tetap diunggulkan jadi salah satu calon jawara liga musim ini.  Untungnya Sergio Aguero cs, tidak malu-maluin di Eropa. Sama seperti Juve, pasukan biru langit sudah lolos ke babak sistem gugur Liga Champions musim ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement