Selasa 24 Nov 2020 15:20 WIB

Peneliti: Gaya Hidup Berpengaruh Ubah Komponen Sampah

Perubahan gaya hidup dan pengelolaan sampah ikut mempengaruhi komposisi sampah.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Nora Azizah
Perubahan gaya hidup dan pengelolaan sampah ikut mempengaruhi komposisi sampah (Foto: ilustrasi sampah)
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Perubahan gaya hidup dan pengelolaan sampah ikut mempengaruhi komposisi sampah (Foto: ilustrasi sampah)

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Perubahan gaya hidup ternyata mempengaruhi komponen dan cara masyarakat dalam mengolah sampah. Di masa lalu, sistem pengolahan dengan mengangkut sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) belum masif dilakukan di masyarakat.

Sebagian besar masyarakat masih mempunyai pekarangan sehingga memilih menguburnya di dalam tanah. Ditambah lagi, peredaran dan penggunaan plastik belum semasif di era kini.

Baca Juga

"Sekarang kan sudah mulai banyak, dulu lebih banyak sampah yang bisa terdegradasi, terurai di alam," kata Peneliti Ecoton Eka Chlara Budiarti dalam diskusi daring, Selasa (24/11).

Di era 90-an, luasan pekarangan semakin sempit karena mulai banyak dibangun rumah. Pada akhirnya, masyarakat mulai membangun bak sampah berbahan semen di halaman rumah. Bak ini tidak hanya dapat menampung sampah tapi juga membakarnya.

Perubahan pengelolaan sampah paling mencengangkan terjadi mulai sejak 2010. Di era ini, masyarakat lebih suka membuang sampah ke sembarang tempat, salah satunya ke sungai. Kemudian, akan membawa sampah ke lautan.

"Ini perubahan modern untuk mengolah sampah. Kita sudah hidup praktis dengan penggunaan plastik tapi cara buangnya primitif. Kita buang asal-asalan," kata Chlara.

Selain itu, perubahan gaya hidup dan pengelolaan sampah ternyata ikut mempengaruhi komposisi sampah. Pada 1988, sampah yang paling mendominasi masih berjenis basah. Artinya, sampah yang masih bisa terurai di alam dan dikompos secara alami.

Lambat laun, komposisi sampah basah semakin menurun sedangkan plastik justru mengalami sebaliknya. Pada 1988 misalnya, komposisi sampah basah masih sekitar 77,3 persen. Kemudian komposisi jenis sampah ini berkurang mencapai 68,5 persen pada 2010an.

Di sisi lain, komposisi sampah plastik pada 1988 masih berkisar 5,6 persen. Sekitar 22 tahun kemudian, komposisi sampah ini meningkat mencapai 12,4 persen.

"Jadi bisa disimpulkan perubahan gaya hidup itu mempengaruhi perubahan komponen sampah," jelasnya.

Saat ini Indonesia jadi penyumbang sampah plastik di laut terbesar kedua setelah China. Indonesia mengeluarkan 1,3 juta ton sampah per tahun. Sementara, China sebesar 3,5 juta ton sampah per tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement