Ahad 22 Nov 2020 13:26 WIB

DBD Mulai Bertambah, Kemenkes Ingatkan 3M Plus

Ada lima kabupaten/kota yang mengalami kasus DBD tertinggi.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Agus Yulianto
Petugas melakukan pengasapan (fogging) di lingkungan perumahan mencegah merebaknya kasus DBD.
Foto: ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI
Petugas melakukan pengasapan (fogging) di lingkungan perumahan mencegah merebaknya kasus DBD.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki musim penghujan, penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Tanah Air terus bertambah. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat puluhan ribu kasus DBD terjadi mulai awal tahun hingga per 17 November 2020.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Didik Budijanto mengungkap, sebanyak 95.471 kasus DBD dan 656 kematian akibat DBD selama periode 10 Januari 2020 hingga 17 November 2020 atau pekan ke-47. "Bahkan, info terkini per 17 November 2020 tercatat ada penambahan 606 kasus DBD dan enam kematian akibat DBD," katanya saat dihubungi Republika, Ahad (22/11).

Dikatakannya, kasus DBD tersebar di 472 kabupaten/kota di 34 provinsi. Namun, lima kabupaten/kota yang mengalami kasus DBD tertinggi yaitu Buleleng 3.313, Badung 2.547, Kota Bandung 2.363, Sikka 1.786 kasus, dan Gianyar 1.717 kasus. 

Sementara itu, dia menyebutkan, kematian akibat DBD terjadi di 219 kabupaten/kota. Lebih lanjut, Didik memperkirakan peningkatan DBD bisa terus terjadi hingga akhir musim penghujan pada Maret 2021 mendatang. Didik berpesan jangan sampai masyarakat mengalami DBD, terutama di era pandemi virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) seperti sekarang. 

Meski berjanji tetap dilayani di fasilitas kesehatan, Didik menyebutkan, masalah ini bisa menjadi beban bagi semua pihak. Untuk mengatasi masalah ini, Didik menegaskan, kuncinya adalah penerapan 3M plus yaitu menguras, mengubur, menutup, dan mendaur ulang, ditambah dengan menanam tumbuhan pengusir nyamuk seperti lavender, hingga memelihara ikan pemakan jentik.

Kendati demikian, dia mengakui, menggerakkan masyarakat untuk melakukan upaya ini tidak mudah. "Makanya, sampai sekarang masih ada kasusnya. Oleh karena itu, Kemenkes terus mendorong pemberdayaan masyarakat dan dalam jangka waktu menengah dan panjang melakukan pendekatan sosio antropologi," ujarnya.

Pihaknya juga akan menerjunkan tenaga kesehatan (nakes) di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) untuk ikut melakukan 3M yaitu menutup, menguras, mengubur. Selain itu kampanye satu rumah satu jumantik atau juru pemantau jentik juga digalakkan.  

Tak hanya itu, logistik kesehatan juga telah disiapkan jajaran Kemenkes seperti abate, obat-obatan di puskesmas. Ia menambahkan, jajaran puskesmas juga melakukan surveillans ke daerah-daerah yang menjadi vektor perantara DBD. "Yang jelas kami sudah siap," katanya. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement