Penyakit pes pertama di Hindia Belanda terjadi pada 1905 di Tanjung Morawa, Deli Sumatra Utara yang memakan korban dua orang. Wabah mulai masuk pada 1910, ketika adanya impor beras dari Myanmar terutama di Pulau Jawa.
“Sebelumnya ada wabah di Myanmar. Impor beras juga dibutuhkan oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk masyarakat, akhirnya dikirim beras ke Surabaya. Dari Surabaya baru dikirim ke Malang,” kata dia.
Ketika dikirim ke Malang, penyakit ini menyebar di Malang. Sebab, adanya faktor geografi yang mempengaruhi.
Malang terletak di wilayah yang lebih dingin. Kebetulan saat itu sedang musim hujan sehingga penyakit penyebaran antartikus lebih cepat sampai ke manusia. Ada banjir di antara Wlingi dan Malang yang menyebabkan kereta putus.
“Dari situ ada beras-beras yang dititipkan di gudang dekat stasiun yang akhirnya penyakit menyebar ke seluruh Malang,” jelas dia.
Syefri mengakatan dari November sampai Maret, korban sudah mencapai ribuan orang. Namun, pemerintah kolonial masih menyangkal keberadaan penyakit pes. Jika dirinci, korban pes pada 1911 dan 1912 sudah 2.000-an.
Tapi, dia ragu jumlah tersebut benar, lantaran berdasarkan laporan surat kabar, ada desa yang penduduknya habis. Menurutnya, jumlah korban lebih banyak daripada 2.000-an orang.