Sabtu 21 Nov 2020 04:53 WIB

Perpaduan Alam dan Sosial di Tempat Wisata Banksasuci

Naik Kapal Katamaran paling digemari pengunjung yang datang ke Banksasuci.

Rep: Eva Rianti/ Red: Bilal Ramadhan
Sejumlah lahan di Kawasan Bank Sampah Sungai Cisadane (Banksasuci), Kota Tangerang.
Foto: Republika/Abdurrahman Rabbani
Sejumlah lahan di Kawasan Bank Sampah Sungai Cisadane (Banksasuci), Kota Tangerang.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG – Nama Banksasuci tidaklah asing bagi warga Kota Tangerang, bahkan mungkin bagi sebagian orang di luar kota hingga luar pulau yang menyukai kegiatan berbau alam. Tempat wisata yang berlokasi di Kelurahan Panunggangan Barat, Kecamatan Cibodas, Kota Tangerang itu menawarkan ragam keindahan alam yang berpadu dengan sosial. 

Pengamatan Republika, Banksasuci, yang tidak lain merupakan akronim dari Bank Sampah Sungai Cisadane ini persis terletak di sisi Sungai Cisadane. Pengunjung akan disajikan dengan pemandangan sungai yang adem di saung-saung yang disediakan oleh pengelola di sejumlah titik.

Bergerak ke arah barat, pengunjung bisa mampir melihat galeri yang di dalamnya terdapat sejumlah hasil karya seni. Karya-karya seni yang didesain oleh para seniman lingkungan itu berasal dari sampah-sampah olahan yang didapatkan dari Sungai Cisadane.

Para pengunjung, terlebih pecinta seni akan sangat tertarik untuk memotret karya-karya seni yang disajikan semacam wall of fame tersebut. Di sekitar galeri, tampak tempat-tempat kuliner berjejer menjajakan sejumlah panganan, mulai dari makanan ringan hingga berat, serta sejumlah minuman perasa.

Pengunjung bisa menikmati kuliner sambil menikmati angin yang sejuk di saung, lengkap pemandangan sungai, serta musik yang kerapkali berdendang di sepanjang hari.

Tita (20 tahun), seorang pengunjung yang menikmati wisata Banksasuci mengungkapkan, dirinya sudah berkali-kali ke tempat tersebut. Saat ke tempat wisata itu, Tita paling tertarik memanfaatkan waterway. “Ke sini sih biasanya main waterway, nikmatin Sungai Cisadane. Juga main flying fox,” tutur Tita.

Untuk bisa memanfaatkan waterway berupa speed boat, pengunjung perlu mengeluarkan biaya sebesar Rp 15 ribu dengan kapasitas sebanyak 10 orang, sementara untuk perahu besar berkapasitas 30 orang merogoh kocek sebesar Rp 20 ribu. 

Selain itu, sebagai pecinta seni, dia juga suka mengunjungi galeri seni yang menurutnya berisi karya-karya seni yang sangat unik dan menarik untuk diabadikan. Tidak hanya itu, dia juga sering belajar dari para relawan Banksasuci dalam pembuatan karya seni yang berasal dari sampah-sampah yang didapat dari sungai Cisadane.

Perempuan asal Kota Tangerang itu menuturkan, Banksasuci seolah sudah menjadi tempat wisata sekaligus tempat nongkrong yang mengasyikkan. Pasalnya, kata dia, tempat wisata itu sangat nyaman, sejuk, dan menyenangkan. “Enak sih nongkrong di saung-saung di sini sama temen-temen. Sambil ngerjain tugas kampus juga,” kata dia.

Thamrin (49 tahun) seorang relawan di Banksasuci mengungkapkan, banyak hal yang bisa dinikmati sekaligus dipelajari oleh para pengunjung yang bertandang ke tempat wisata tersebut. Dari segi hiburan, selain menikmati sungai, serta melihat sejumlah karya seni, pengunjung juga bisa memanfaatkan transportasi laut atau waterway. Alur dari waterway tersebut, kata dia menuju ke Taman Gajah.

Waterway sudah dioperasikan sekitar dua bulan. Kemarin kita sempat ada lima trip gratis, dikasih snack, kopi, dan live music. Banksasuci ini konsepnya membahagiakan dan melayani masyarakat,” tutur Thamrin sambil tertawa renyah, saat ditemui Republika di galeri seni di tempat wisata Banksasuci, Kota Tangerang, Rabu (18/11).

Dia menuturkan, di Banksasuci, pengunjung juga bisa menikmati fasilitas-fasilitas hiburan lainnya, seperti flying fox yang terpasang menuju ke lahan di seberang yang merupakan hutan belantara. Biaya untuk bisa memanfaatkan fasilitas tersebut sebesar Rp 10 ribu saja. “Jadi, pengunjung bisa naik flying fox, meluncur dari sini (sisi tempat wisata Banksasuci) ke seberang sana, melintasi Sungai Cisadane,” terangnya. 

Lelaki yang sehari-hari berkarya sekaligus berdagang di tempat wisata tersebut mengatakan, Banksasuci diciptakan untuk mendekatkan para pengunjung dengan alam. Di tempat itu, tercipta pengembangan terhadap sumber daya alam sekaligus sosial.

Seperti lahan yang ada di seberang, dia menuturkan, tempat yang disebut sebagai 'keraton caping' itu menjadi lahan untuk menanam sayur-sayuran dan buah-buahan.

“Belajar nanam sayur-sayuran dan buah-buahan. Model arboretum lah. Di sini ada tanaman langka yang kita kembangkan, seperti pohon ki tambleg. Jadi di sini belajar juga, anak-anak jangan kenal hp doang, tapi juga kenal alam,” ceritanya.

Thamrin mengatakan, pengunjung wisata Banksasuci diketahui bisa mencapai hingga 500 orang per harinya, terutama pada akhir pekan. Namun, pada kondisi pandemi ini, jumlah pengunjung hanya sekitar 100 hingga 200 orang.

Ketua Banksasuci Ade Yunus mengungkapkan, pengunjung wisata Banksasuci pada tahun ini tentu tidak sebanyak daripada tahun sebelumnya. “Sejak ditetapkan PSBB pada Maret, Banksasuci kami lockdown atau tutup, mulai bulan Juni ada pelonggaran dan kami buka secara terbatas dengan protokol kesehatan secara ketat,” kata Ade.

Kendati demikian, Ade mengungkapkan, wisata Banksasuci tidak berhenti berinovasi, diantaranya menyajikan Kapal Katamaran. “Salah satu karya pengembangan di masa pandemi adalah Kapal Katamaran yang kemudian kami persembahkan sebagai waterway, transportasi wisata Sungai Cisadane pertama. Itu yang paling digemari pengunjung,” kata Ade.

Selain itu, Ade melanjutkan, di masa pandemi ini, pihaknya juga terus berinovasi dalam pembangunan galeri sebagai pusat karya seni budaya. Ke depannya, dia berujar, akan mengembangkan eco farming dan kebun binatang Cisadane.

“Salah satu pengembangan kami adalah mewujudkan eco farming dan Cisadane Zoo, di kawasan ketahanan pangan dimana nantinya akan dibangun fasilitas jembatan gantung sepanjang 70 meter untuk menikmati eco farming dan Cisadane Zoo,” tutupnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement