Kamis 19 Nov 2020 19:20 WIB

Harga Jual Lada Hitam di Lampung Makin Rendah

Lada hitam yang dulu menjadi ikon Provinsi Lampung, kini semakin sirna kejayaannya.

Rep:  Mursalin Yasland/ Red: Agus Yulianto
Seorang petani sedang memanen lada hitam Lampung
Foto: antara
Seorang petani sedang memanen lada hitam Lampung

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG –- Petani tanaman lada hitam di Kabupaten Lampung Timur mengeluhkan masih rendahnya harga jual lada hitam (black piper), sedangkan biaya pemeliharaan tanaman lada terus meningkat. Petani berharap intervensi pemerintah untuk meningkatkan harga jual lada petani di Lampung.

Sebagai kabupaten yang menjadi ikon komoditas lada hitam di Lampung, para petani lada kabupaten tersebut semakin terpuruk. Lada hitam yang dulu menjadi ikon Provinsi Lampung, kini semakin sirna kejayaannya karena harga jual lada hitam tidak semahal dulu lagi.

Menurut Fitri (32 tahun), petani lada di Desa Wana, Kecamatan Melinting, Lampung Timur, harga lada tidak pernah lagi tinggi atau mahal. “Harga lada (hitam) sekarang hanya Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu per kilogram,” tuturnya, Kamis (19/11).

Fitri masih mengelola kebun ladanya hasil warisan dari orangtuanya. Kebun warisan seluas dua hektare tersebut, tidak sepenuhnya lagi ditanami lada. Tanaman lada hanya menyisakan tanaman tua, sedangkan isi kebunya ditanami singkong dan juga jagung.

Dia tidak sepenuhnya berkebun lada dan jagung. Untuk menutupi kebutuhan keluarganya ia menyambi sebagai guru honor di sebuah SD. Namun, sejak pandemi Covid-19 kegiatannya terhenti total, dia hanya mendambakan pendapata dari kebun warisannya.

Mahobati (67 tahun), petani lada lainnya di Melinting, juga menuturkan harga lada sekarang tidak sesuai dengan upah petiknya. “Upah petik lada Rp 50 ribu, harga lada paling tinggi Rp 30 ribu,” katanya.

Dia pernah merasakan harga lada hitam milik orangtuanya mencapai Rp 150 ribu per kg. Waktu itu ia masih kecil, dan orangtuanya yang mengusahakan kebun ladanya. Saat itu, tutur dia, orang kampung tempat tinggalnya banyak yang kaya dari hasil jual lada hitam.

Gubernur Lampung Arinal Djunaidi berkomitmen akan meningkatkan produksi dan harga jual lada hitam petani di Lampung. Kunjungannya ke Desa Sukadana Baru, Kecamatan Marga Tiga, Lampung Timur pada Rabu (18/11), memberikan harapan baru kepada petani lada.

Gubernur berdialog dengan petani lada terkait dengan masalah yang dihadapi petani. Para petani tetap mengeluhkan harga lada yang semakin anjlok per kilogramnya.

Wardi, petani lada dari Kelompok Sidorukun menyatakan, saat ini luas areal perkebunan yang ada di Sukadana Baru - Marga Tiga seluas 635 hektare. Petani sangat berharap agar keterlangsungan lada dapat terus ditingkatkan dan berkesinambungan dengan berbagai arahan dan dukungan pelatihan dari Pemerintah Daerah.

“Bantuan dari berbagai pihak juga sangat diharapkan guna mendukung lada menjadi komoditas utama perkebunan di Kabupaten Lampung Timur, dan mengembalikan kejayaan lada asal Lampung di dunia,” katanya.

Para petani lada juga berharap agar dukungan dari pihak investor untuk mengembangkan perkebunan lada dan memperbaiki harga lada di pasaran. Saat ini harga lada di tingkat petani berkisar 30 ribu per kg. Rendahnya harga jual lada, petani terpaksa menyambi pekerjaan lain dengan berkebun secara tumpang sari.

Gubernur Arinal berharap Kredit Usaha Rakyat (KUR) dapat betul-betul dimanfaatkan untuk kesejahteraan petani dan sebagai modal dalam pengembangan perkebunan lada. Kepada petani, ia berharap tetap siap meningkatkan produktivitas, memperbaiki kualitas sehingga akan menjadi salah satu upaya untuk  memperbaiki harga lada di tingkat petani.

Pemprov Lampung, ujarnya, terus melakukan upaya untuk membantu para petani lada, dengan memantau harga pasar dan memberikan pendampingan melalui Dinas Perkebunan.

"Pertahankan 600 hektare sebagai pilot project, sehingga diharapkan akan menjadi percontohan pengelolaan perkebunan lada yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement