Kamis 19 Nov 2020 13:42 WIB

7 Gerbong KA Tanpa Lokomotif Meluncur, Ada Apa?

7 Gerbong KA Tanpa Lokomotif Meluncur Sendiri di Malang, Kereta Hantu?

Rep: jatimnow.com/ Red: jatimnow.com
.
.

jatimnow.com - Penyebab meluncurnya 7 gerbong kereta api (KA) tanpa lokomotif di Stasiun Kota Baru, Kota Malang masih terus dianalisa. Evakuasi dilakukan dengan mesin crane dari Solo yang didatangkap PT KAI Daop 8.

Rangkaian gerbong KA itu meluncur sendiri hingga berjarak sekitar 2,3 kilometer ke arah Stasiun Kota Lama, sekitar pukul 15.52 Wib, Rabu (18/11/2020).

Masyarakat setempat menyebut peristiwa itu dengan nama 'kereta hantu'. Sebab peristiwa serupa sudah terjadi ketiga kali ini.

Yusron Nasir, warga setempat menyebut, pada sekitar pukul 19.00 Wib, Tahun 2000, gerbong tiba-tiba meluncur. Meski tidak menimbulkan korban, beberapa rumah warga di Jalan Simpang Peltu Sujono, Kelurahan Ciptomulyo, Kecamatan Sukun, Kota Malang rusak.

Selang satu tahun kemudian atau Tahun 2011, peristiwa yang sama terjadi kembali. Empat gerbong KA Gajayana melaju kencang dari Stasiun Malang Kota Baru ke arah Stasiun Malang Kota Lama dengan kecepatan 40 kilometer per jam.

Baca juga:  Menyeramkan, 7 Gerbong KA Tanpa Lokomotif Meluncur Sendiri di Malang

Dalam peristiwa itu, rangkaian gerbong terhenti setelah menabrak tiga rumah di lokasi yang sama. Bahkan saat itu ada korban jiwa yaitu Muhammad Nur Rosyid, bocah berumur 2 tahun 6 bulan.

"Sudah kali ketiga ini terjadi. Masyarakat biasa menyebut kereta hantu," jelas Yusron, Kamis (19/11/2020).

Dari cerita yang berkembang di wilayah sekitar, stasiun peninggalan Belanda itu tak hanya menyimpan banyak sejarah bangunan dan perjuangan pejuang waktu itu. Namun banyak beredar cerita mistis.

Cerita masyarakat berawal setelah adanya kecelakaan pada Tahun 1981. Kereta api menabrak bus penuh penumpang di perlintasan kereta api (sekarang fly over Kota Lama) hingga puluhan penumpang tewas. Tragisnya, mayat korban ditempatkan di stasiun itu.

"Kata warga ada yang pernah melihat penampakan hantu berwujud wanita tua, noni Belanda dan suara-suara rintihan kesakitan serta tangisan. Masyarakat banyak yang mengaitkan kemunculannya usai ada kejadian tersebut," tambah Yusron.

Di sisi lain, perwakilan Komunitas Railfans, Endiarto Wijaya mengatakan, kejadian tersebut tidak mengandung unsur mistis. Sebab ada selisih elevasi.

"Stasiun Malang memiliki elevasi atau ketinggian +444, sedangkan Stasiun Kota Lama ketinggiannya +428 mdpl. Elevasi itu yang menyebabkan gerbong meluncur, sehingga menurut kami sangat wajar," ujar perwakilan pecinta dan peneliti kereta api ini.

Totok-panggilan akrabnya menambahkan, selisih itu jika dihitung sekitar 16 meter. Sehingga bila terlepas bisa meluncur mengikuti gravitasi. Dia mencontohkan Stasiun Lawang memiliki ketinggian +491 mdpl memiliki elevasi lebih tinggi mencapai 63 meter.

Menurutunya, bila ada rangkaian gerbong terlepas dari sana, bisa saja meluncur mengarah ke selatan atau Stasiun Kota Lama yang elevasinya paling rendah.

"Makanya saat pembangunan jalur kereta api di Malang, untuk Stasiun Malang dan Stasiun Kota Lama disiapkan Sepur Baduk atau Sepur Tangkap, yang digunakan untuk menghentikan rangkaian kereta api yang meluncur dari utara ke selatan," tandas Totok.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan jatimnow.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab jatimnow.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement