REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengusulkan libur dan cuti bersama di akhir tahun ditiadakan. Libur panjang pada akhir bulan lalu dan beberapa momentum yang sama sebelumnya telah terbukti meningkatkan kasus positif Covid-19.
Ketua Umum PB IDI Daeng M Faqih mengatakan, meski pihak Satgas telah mengatakan masih menunggu perkembangan kasus sebelum memutuskan libur selanjutnya, pihaknya mengusulkan sebaiknya libur ditunda sementara waktu. Libur panjang terbukti banyak mudarat dengan naiknya kasus positif.
"Pemerintah bisa melihat positif dan negatifnya, kalau IDI sebagai profesi mengusulkan atau menyarankan mengkaji ulang kebijakan cuti bersama," kata dia saat dihubungi Republika, Senin (16/11).
IDI menilai, kondisi saat ini masih berisiko. Orang-orang ketika pergi berlibur pasti terdorong untuk berkerumun dan menyebabkan penularan virus. Sehingga, Daeng menyarankan, pemerintah tidak memberlakukan libur dan cuti bersama berikutnya.
Terkait kemungkinan pemerintah menggilir libur atau dibuat bergantian, Daeng meminta pe merintah benar-benar menggunakan data riil dan dipelajari berdasarkan keilmuan yang lantas menjadi dasar mengambil keputusan. Kendati demikian, IDI me nyarankan pemerintah untuk hati-hati karena momen satu ke lainnya bisa berbeda perilakunya.
"Jadi, kalau data menunjukkan tidak terlalu signifikan, IDI menyarankan sebaiknya tidak ada cuti bersama," katanya.
Pakar Epidemiologi Universi tas Airlangga Surabaya, Laura Navika Yamani, sudah memprediksi adanya peningkatan kasus Covid-19 usai libur panjang dua pekan lalu. Terutama di daerah-daerah yang menjadi kawasan wisata.
"Ini mungkin salah satunya adalah dampak kegiatan libur panjang yang tidak mengindahkan protokol kesehatan selama mengunjungi tempat-tempat wisata atau tempat-tempat umum," kata Laura.
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Letjen Doni Monardo sebelumnya menyatakan tengah mengikuti perkembangan kasus penambahan infeksi virus ini hingga sepekan mendatang. Pihaknya ingin memastikan masyarakat benar-benar menerapkan liburan aman dan nyaman tanpa kerumunan. Kemudian, dampaknya pada penambahan kasus Covid-19.
"Kalau bisa dikendalikan dengan baik, maka kami memberi masukan bisa diberi libur panjang selanjutnya. Namun, kalau masih terjadi peningkatan kasus, maka liburan berikutnya diperpendek atau ditiadakan sama sekali," ujar dia, Ahad (15/11). (rr laeny sulistyawati, ed:mas alamil huda)