REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat terjadinya penurunan impor pada Oktober 2020. Penurunan impor Jatim tersebut mencapai 17,51 persen, yaitu dari 1,75 miliar dolar AS menjadi 1,44 miliar dolar AS. Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan mengungkapkan terjadinya penurunan kinerja impor, baik pada sektor migas maupun nonmigas.
Impor migas ke Jatim pada Oktober 2020 mengalami penurunan sebesar 22,45 persen, dari 318,15 juta dolar AS menjadi 246,72 juta dolar AS. Impor migas menyumbang 17,10 persen dari total impor Jatim pada Oktober 2020. Nilai impor migas juga mengalami penurunan sebesar 35,53 persen bila dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya.
Begitupun nilai impor nonmigas Jawa Timur pada Oktober 2020 yang juga mengalami penurunan sebesar 16,41 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Yakni dari 1,43 miliar dolar AS menjadi 1,20 miliar dolar AS. Impor nonmigas menyumbang 82,90 persen dari total impor Oktober 2020 ke Jatim.
"Dibandingkan Oktober 2019, nilai impor nonmigas juga mengalami penurunan sebesar 22,74 persen," ujar Dadang saat menggelar konferensi pers secara virtual, Senin (16/11).
Pada Oktober 2020, golongan barang Besi dan Baja (HS 72) merupakan komoditas utama impor Jawa Timur dengan nilai transaksi sebesar 114,16 juta dolar AS. Naik sebesar 32,01 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai USD 86,48 juta. Kelompok barang ini mempunyai peranan 9,55 persen dari total impor nonmigas Jatim yang utamanya diimpor dari Uni Emirat Arab sebesar 27,52 juta dolar AS.
Namun demikian, China masih tercatat sebagai negara utama asal barang yang masuk Jawa Timur pada Oktober 2020 dengan peranan sebesar 30,18 persen. Disusul berikutnya dari Hong Kong dan Amerika Serikat (AS) yang masing-masing memberikan kontribusi pada pasar impor nonmigas Jatim sebesar 7,66 persen dan 6,83 persen.
"Nilai impor nonmigas dari China pada Oktober 2020 sebesar 360,96 juta dolar AS. Kemudian diikuti impor nonmigas dari Hongkong sebesar 91,61 juta dolar AS, serta impor nonmigas dari Amerika Serikat sebesar 81,66 juta dolar AS," ujar Dadang.
Sementara itu, ekspor Jawa Timur pada Oktober 2020 mengalami kenaikkan sebesar 0,38 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Yaitu dari 1,58 miliar dolar AS menjadi 1,59 miliar dolar AS. Sementara dibandingkan Oktober 2019, nilai ekspor justru mengalami penurunan sebesar 5 persen.
Dadang mengatakan, peningkatan nilai ekspor dibanding bulan lalu disebabkan terjadinya peningkatan kinerja ekspor sektor nonmigas yang lebih besar dibanding penurunan kinerja ekspor sektor migas. Bila dibandingkan bulan sebelumnya, ekspor sektor nonmigas mengalami peningkatan sebesar 0,72 persen, yaitu dari 1,52 miliar dolar AS menjadi 1,53 miliar dolar AS.
"Nilai ekspor sektor nonmigas tersebut menyumbang sebesar 96,50 persen dari total ekspor bulan ini. Dibandingkan Oktober 2019, nilai ekspor sektor nonmigas justru mengalami penurunan sebesar 4,04 persen," kata Dadang.
Sedangkan nilai ekspor sektor migas pada Oktober 2020 mengalami penurunan sebesar 8,28 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Yaitu dari 60,69 juta dolar AS menjadi 55,67 juta dolar AS. Namun demikian, peranan ekspor sektor migas hanya menyumbang 3,50 persen dari total ekspor Jawa Timur pada Oktober 2020. Dibandingkan Oktober 2019, nilai ekspor migas juga mengalami penurunan sebesar 25,56 persen.
Pada Oktober 2020, golongan barang Tembaga (HS 74) menjadi komoditas ekspor nonmigas utama Jatim dengan nilai transaksi sebesar 127,57 juta dolar AS. Nilai tersebut turun 14,81 persen jika dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 149,74 juta dolar AS. Golongan komoditas tembaga berkontribusi sebesar 8,31 persen pada total ekspor nonmigas Jatim. Komoditas ini paling banyak diekspor ke Malaysia dengan nilai 60,36 juta dolar AS.
Jika dilihat menurut negara tujuan, Jepang adalah negara tujuan utama ekspor nonmigas Jawa Timur pada Oktober 2020. Disusul ke China dan Amerika Serikat. Sepanjang Oktober 2020, ekspor nonmigas Jawa Timur ke Jepang mencapai 256,64 juta dolar AS. Sedangkan ekspor ke Tiongkok dan Amerika Serikat berturut-turut sebesar 244,24 juta dolar AS dan 234,37 juta dolar AS.
Dadang menambahkan, berdasarkan catatan tersebut, neraca perdagangan Jawa Timur pada Oktober 2020 mengalami surplus sebesar 147,43 juta dolar AS. Secara kumulatif, kata Dadang, selama Januari-Oktober 2020, neraca perdagangan Jatim masih mengalami defisit sebesar 341,57 juta dolar AS. Selisih perdagangan ekspor-impor di sektor nonmigas memang mengalami surplus sebesar 1,73 miliar dolar AS. Akan tetapi, selisih perdagangan ekspor-impor di sektor migas justru mengalami defisit sebesar 2,07 miliar dolar AS.