REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pahlawan adalah simbol keteladanan dan panutan dari sosok yang telah memberikan perubahan positif untuk bangsa ini dalam berbagai aspek. Jika di masa lalu pahlawan berjuang dengan fisik, maka pahlawan hari ini berjuang dengan semangat membangun bangsanya. Karena itulah, pahlawan tidak pernah punah dan jadilah pahlawan di setiap masa.
Ketua Umum Dewan Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (PBNW) TGB Muhammad Zainul Majdi mengatakan kepahlawanan adalah tentang cinta tanah air, keikhlasan dalam berkorban, dan siap untuk berjuang membela bangsanya serta memiliki kemauan untuk menghadirkan kemanfaatan bagi sebanyak-banyaknya orang.
“Jadi dia itu tidak hanya memikirkan untuk dirinya sendiri, tetapi dia juga memikirkan kepentingan yang lebih besar, kepentingan bersama untuk bagaimana membangun bangsa ini agar lebih maju kedepannya dengan memiliki daya saing di berbagai aspek kehidupan,” ujar TGB Muhammad Zainul Majdi di Mataram, beberapa waktu lalu.
Oleh karena itu pria yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Darunnadatain Nahdlatul Wathan Pancor, Lombok Timur, NTB itu mengungkapkan bahwa walaupun masa atau eranya sudah berubah, tapi sepanjang kita bisa mengaktualisasikan sifat-sifat ini dalam diri kita dan semangat ini ada di dalam diri kita, tentunya kita bisa meneladani para pahlawan tersebut.
"Menurut saya yang penting juga adalah bagaimana upaya kita dalam membangun kesadaran, tentunya kesadaran akan jati diri kita sebagai anak bangsa. Karena kita ini bagian dari bangsa yang besar, yang diberikan oleh Tuhan dalam keragaman yang sangat tinggi," tutur Zainul Majdi.
Mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) selama dua periode ini juga menuturkan bahwa kemampuan kita untuk menjaga keragaman serta memperkokoh persaudaraan itu akan menjadi kunci untuk Indonesia agar tetap kokoh dan kuat selamanya.
”Nah kesadaran ini menurut saya kalau kita sudah sadar bahwa kita ini bagian dari bangsa yang besar bahwa kita harus menjaga semangat persaudaraan, maka ini akan kemudian mewujud menjadi aksi-aksi nyata di dalam kehidupan kita sehari hari,” ungkap mantan anggota DPR RI masa jabatan 2008-2013 itu.
Pria yang akrab disapa Syekh Tuan Guru Bajang ini mencotohkan bahwa dengan membangun kolaborasi dengan orang-orang yang ada di sekitar kita untuk berbuat hal-hal yang baik. Kemudian membangun jejaring serta menghadirkan narasi-narasi yang positif di ruang publik demi menjaga persatuan dan persaudaraan antar sesama anak bangsa dan masyarakat pada umumnya.
"Karena saat ini adalah era transparansi. Dan tentunya semua hal itu terbuka dan kita bisa melihat kontribusi nyata dari siapa pun. Jadi pilihlah idola anda bukan berdasarkan katakanlah sekedar melihat keturunannya, apalagi misalnya dari latar belakang status sosialnya saja. Tapi lihatlah dari keteladanannya," ujarnya.
Lebih lanjut, pria kelahiran Lombok Timur, 31 Mei 1972 ini menyampaikan bahwa dalam melihat sesuatu, lihatlah dari sisi apa karya-karya nyatanya yang positif untuk masyarakat dan membangun bangsa ini. Ia berujar, jika menemukan orang seperti itu, siapapun dia, apapun latar belakangnya maka dia layak dan pantas untuk dijadikan idola.
"Saya pikir sebenarnya banyak tokoh yang bisa dijadikan panutan. Masalahnya kita ini kan kadang-kadang lebih suka kepada bad news, suatu berita sensasional, penyimpangan-penyimpangan, kejahatan di sana sini. Itulah yang menyebabkan kita lupa bahwa di sekitar kita banyak orang yang punya inisiatif baik," katanya.