REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG--Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo meminta kepada tujuh kepala daerah untuk menindaklanjuti perintah dengan memperbanyak tes Polymerase Chain Reaction (PCR). Perintah itu dilakukan setelah ditemukan tujuh zona merah baru. "Data pusat per 8 November menyebutkan ada tujuh zona merah baru di Jawa Tengah. Maka, saya minta kepala daerahnya tak perlu takut memperbanyak test," katanya, di Semarang, Kamis (12/11).
Gubernur juga meminta agar para kepala daerah yang bersangkutan bisa lebih peduli kepada daerahnya, untuk terus memperbanyak dan mengejar angka testing lebih masif. Sebab masih ada salah satu kepala daerah di Jawa Tengah yang tetap menggantungkan bantuan dari provinsi untuk memperbanyak tes PCR tersebut.
Padahal, jelasnya, daerah yang dimaksud sebenarnya juga bisa membeli sendiri karena harganya masih cukup terjangkau, namun masih meminta agar dibantu peralatan kebutuhan tes PCR untuk daerahnya.
“Sebenarnya kan daerah bisa beli sendiri, terus bisa ngetest sendiri untuk memperbanyak skrining," katanya, usai mengikuti Rakor Penanganan Kenaikan Kasus Covid-19 akibat Dampak Libur Panjang secara daring, bersama Menteri Luhut Binsar Panjaitan.
Karena itu, gubernur kembali menegaskan, kabupaten/ kota harus bisa bersikap antisipatif dan prediktif dalam upaya mengendalikan penyebaran Covid-19 di daerahnya. Antisipatif dalam hal ini dengan memprioritaskan cakupan tes kepada warga kelompok rentan, yakni mereka yang memiliki komorbid. Daerah juga tidak perlu takut jika setelah memperbanyak tes angka kasus di daerahnya melonjak.
"Jadi tiap kabupaten/ kota saya minta untuk peduli, masalah tes makin banyak maka akan lebih banyak juga yang diketahui. Karena setelah diketahui maka langkah selanjutnya adalah dijaga supaya sembuh dan tidak menyebar,” tegasnya.
Sementara, dalam Rakor bersama Menko Marvest, Luhut Binsar Pandjaitan disebutkan kasus Covid-19 di Jawa Tengah naik 49 persen pada periode 26 Oktober- 1 November. Meski, kenaikan tersebut sebanding dengan jumlah tesnya.
Menurut Ganjar, hal tersebut memang sudah diprediksi bakal terjadi lonjakan, karena memang itu bagian dari risiko yang harus diambil. Bahkan hal tersebut juga sudah disampaikannya kepada staf.
Ganjar menjelaskan, pada 8 November lalu angka testing sempat menurun hampir separuh dari rata-rata harian di Jateng. Namun, sejak tanggal 9 sampai hari ini jumlah test ada di angka 8.000 sampai 9.000 test per hari.
Pihaknya juga tetap mencoba untuk tetap menghitung peluang- peluang yang bisa dimanfaatkan untuk pengendalian penyebaran pandemi tersebut. Maka daerah jangan pernah takut soal datanya meledak atau tidak, tapi testing terus lebih banyak lagi."Maka tolong kita harus gaspol untuk terus memperbanyak skrining agar kita tahu peta persebaran serta langkah- langkah pencegahan dan langkah untuk menupayakan penanganannya," kata gubernur.