Kamis 12 Nov 2020 09:41 WIB

IDI: Kerumunan Masih Terjadi, Cegah Penularan Lewat 3 M

Mayoritas yang menularkan virus ini atau 80 persen adalah orang tidak bergejala

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: A.Syalaby Ichsan
Anggota polisi mengarahkan mobil yang mengangkut anggota Front Pembela Islam (FPI) untuk memutar balik saat hendak memasuki kawasan Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (9/11/2020). Aparat gabungan menyekat sejumlah titik jalan masuk menuju bandara Soekarno Hatta guna mengantisipasi kerumunan massa saat menyambut kedatangan Habib Rizieq Shihab yang direncanakan akan tiba di bandara Soekarno Hatta pada Selasa (10/11/2020) pagi.
Foto: Antara/Fauzan
Anggota polisi mengarahkan mobil yang mengangkut anggota Front Pembela Islam (FPI) untuk memutar balik saat hendak memasuki kawasan Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (9/11/2020). Aparat gabungan menyekat sejumlah titik jalan masuk menuju bandara Soekarno Hatta guna mengantisipasi kerumunan massa saat menyambut kedatangan Habib Rizieq Shihab yang direncanakan akan tiba di bandara Soekarno Hatta pada Selasa (10/11/2020) pagi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penularan virus corona SARS-CoV-2 (Covid-19) di Indonesia masih terjadi. Namun, masyarakat masih membuat kerumunan, padahal keramaian berpotensi menularkan Covid-19.

Menurut Ketua Tim Protokol dari Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Eka Ginanjar, kerumunan yang terjadi pengumpulan massa apapun itu acara dan momennya, baik long weekend, bercengkrama di tempat wisata, pemilihan umum kepala daerah (pilkada) atau orang-orang yang bertemu di keramaian berpotensi menularkan virus. 

Ia mencontohkan dalam satu kerumunan ada 100 ribu orang. Kemudian, ada dua orang yang positif terinfeksi tetapi tanpa gejala  ikut di keramaian ini dan bertemu dengan orang yang sehat. Setelah bertemu, orang yang terinfeksi ini menularkan virus. Apalagi ia menyebutkan mayoritas yang menularkan virus ini atau 80 persen adalah orang tidak bergejala. 

"Persoalan ditambah kalau tidak bisa menegakkan protokol kesehatan 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun," ujarnya saat dihubungi Republika, Kamis (12/11).

Setelah terpapar, dia menambahkan, orang yang terinfeksi virus kemudian dalam dua hingga lima hari kemudian bisa muncul infeksi penularan virus. Ia mencontohkan, kasus Covid-19 di beberapa negara di Eropa sempat turun dan hidup normal tetapi kemudian kasusnya kembali naik. Ia berharap jangan sampai masyarakat Indonesia mengalaminya. "Jangan lengah meski kasus sempat turun, peningkatan kasus bisa terjadi lagi," kata dia.

Untuk menghindari penularan virus, ia meminta masyarakat menerapkan prinsip protokol kesehatan 3M yaitu menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, dan menghindari kerumunan. Untuk menghindari penularan, ia merekomendasikan masyarakat bisa tinggal di rumah dan menghindari pergi ke tempat keramaian. Terkait masyarakat yang pergi keluar rumah dengan memakai masker wajah dan face shield, ia mengakui memang mengurangi risiko.

"Tetapi ketika di keramaian dan tidak menjaga jarak kan tidak bisa menjamin (aman dari penularan). Jadi, lebih baik di rumah sampai kasus melandai dan kita tidak tahu sampai kapan," ujarnya. Artinya, ia menegaskan protokol kesehatan 3M kini sebaiknya wajib diterapkan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement