REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adhi Karya (Persero) Tbk saat ini sudah melakukan pengecoran bentang panjang terakhir pembangunan LRT Jabodebek. Corporate Secretary Adhi Karya Parwanto Noegroho mengatakan, dengan dilakukannya penyambungan bentang panjang tersebut maka seluruh trase LRT Jabodebek tahap satu sepanjang 43 kilometer yang menghubungkan Cawang-Cibubur, Cawang-Kuningan-Dukuh Atas, dan Cawang-Bekasi Timur telah tersambung.
"Bentang panjang terakhir sepanjang 218 meter ini dibangun di atas parkiran bawah tanah atau basement," kata Parwanto dalam pernyataan tertulisnya, Kamis (12/11).
Parwanto mengatakan, penyambungan bentang panjang tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi tim pelaksana. Sebab, kata dia, struktur yang dibangun harus tetap kokoh namun tidak mengganggu parkiran bawah tanah.
Dia menambahkan, selain pengecoran bentang terakhir tersebut, Adhi Karya juga memecahkan tiga rekor Museum Rekor Indonesia (Muri). "Tiga rekor ini didapatkan dari U-Shaped Girder yang Adhi Karya gunakan sepanjang 43 kilometer di lintas pelayanan LRT Jabodebek," ungkap Parwanto.
Rekor Muri tersebut diberikan untuk produksi U-Shaped girder pertama untuk sistem jalur kereta. Begitu juga untuk pembangunan kereta dengan struktur U-Shaped girder terpanjang dan seri pengiriman terberat U-Shaped girder untuk sistem jalur kereta tanpa kecelakaan.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengapresiasi inovasi teknologi proyek LRT Jabodebek. Khususnya untuk pembangunan jembatan yang berhasil meraih rekor MURI.
"Tentu ini satu prestasi yang harus kita apresiasi. Hasil karya anak bangsa yang semakin mandiri dan mampu menguasai teknologi perkeretaapian yang maju dan modern. Inovasi seperti ini bisa menjadi contoh bagi proyek pembangunan yang lain,” jelas Budi dalam pernyataan tertulisnya, Rabu (11/11).
Budi mengatakan, Jabodebek adalah kota aglomerasi yang membutuhkan konektivitas antarmoda yang baik karena menghubungkan beberapa titik penting. Menurutnya, pembangunan moda transportasi modern seperti LRT dan MRT yang mendukung konektivitas tersebut tentunya membutuhkan teknologi yang canggih.
"Alhamdulillah, kontraktor nasional juga mampu membangun suatu konstruksi yang relatif sulit dilakukan dan suatu kegiatan yang baru pertama kali dilaksanakan di ASEAN," ungkap Budi.
Budi optimistis dengan kolaborasi pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam membangun infrastruktur transportasi akan berdampak positif. Dia menilai, dengan begitu proses pembangunan akan lebih mudah dan pelayanan kepada masyarakat akan semakin baik.