Rabu 11 Nov 2020 01:02 WIB

Persiapan Pembelajaran Tatap Muka di Mataram 95 Persen

Untuk melaksanakan PBM tatap muka perlu ada izin dari Tim Gugus Covid-19

Dinas Pendidikan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menyatakan persiapan sekolah untuk memulai proses belajar mengajar (PBM) secara tatap muka sudah mencapai 95 persen. Sisanya tinggal menunggu izin dari Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19.
Foto: Antara/Rahmad
Dinas Pendidikan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menyatakan persiapan sekolah untuk memulai proses belajar mengajar (PBM) secara tatap muka sudah mencapai 95 persen. Sisanya tinggal menunggu izin dari Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Pendidikan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menyatakan persiapan sekolah untuk memulai proses belajar mengajar (PBM) secara tatap muka sudah mencapai 95 persen. Sisanya tinggal menunggu izin dari Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19.

"Persiapan sekolah dalam hal ini kepala sekolah, guru, sarana dan prasarana serta berbagai instrumen pencegahan Covid-19, untuk mulai PBM tatap muka pada intinya sudah siap. Jadi kita tinggal tunggu izin saja untuk membuka sekolah," kata Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Mataram H Lalu Fatwir Uzali di Mataram, Selasa (10/11).

Baca Juga

Dikatakan, untuk melaksanakan PBM tatap muka perlu ada izin dari Tim Gugus Covid-19 dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah, agar ketika sekolah dibuka sudah ada dasar dan dapat dipertanggungjawabkan berbagai dampaknya.

"Kalau ada izin, anak-anak akan masuk sekolah dan melaksanakan PBM tatap muka sesuai protokol Covid-19, bukan seperti sekolah biasa," katanya.

Akan tetapi, bukan berarti begitu ada izin sekolah serta merta langsung dibuka, melainkan akan dilakukan uji coba terlebih dahulu selama satu minggu. Hal itu bertujuan untuk melihat kendala dan efektifitas penerapan protokol kesehatan Covid-19.

Pasalnya, sekolah yang ditangani Dinas Pendidikan adalah sekolah dasar yakni tingkat PAUD, TK, SD dan SMP yang rata-rata merupakan anak-anak sehingga dibutuhkan pengawasan lebih ketat selama penerapan protokol Covid-19. Tujuannya, agar tidak muncul klaster sekolah meskipun kasus Covid-19 di Mataram sudah landai.

"Berbeda dengan pelajar yang sudah duduk dibangku SMA/sederajat, boleh-boleh saja masuk sekolah karena mereka bisa lebih dewasa menyikapi masalah pandemi Covid-19," katanya.

Di sisi lain, Fatwir tidak menampaik kondisi siswa yang sudah jenuh karena terlalu lama tidak melakukan belajar tatap muka, sebab para guru juga menyampaikan hal serupa. "Tapi kami berharap, di masa transisi ini anak-anak dan guru bisa tetap semangat melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ), sampai ada izin PBM tatap muka.

"Apalagi, siswa dan guru sudah mendapatkan kuota internet. Karenanya, dalam hal ini guru dan orang tua diharapkan bisa berkolaborasi," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement