REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Libur panjang 28 Oktober-1 November 2020 beberapa waktu lalu dikhawatirkan bisa mengakibatkan lonjakan kasus virus corona SARS-CoV2 (Covid-19). Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mengatakan, bertambahnya kasus Covid-19 bisa diketahui 10-14 hari usai libur panjang.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menjelaskan, Indonesia sudah memiliki pengalaman dengan beberapa kali libur panjang saat pandemi, mulai dari Idul Fitri, Idul Adha, kemudian pada saat kemerdekaan.
"Memang ada peningkatan kasus yang cukup besar saat libur panjang pada Agustus 2020 dan September, tetapi setelah itu terkendali. Sementara itu kenaikan kasus Covid-19 usai libur kemarin bisa dilihat 10-14 hari setelah cuti, mari kita amati bersama nanti seperti apa," katanya saat berbicara di konferensi virtual BNPB bertema Pengadaan Vaksin dan Penanganan Covid-19, Senin (9/11).
Ia mengakui tepat saat libur panjang kemarin terjadi penurunan kasus Covid-19. Menurutnya, hal ini terjadi mungkin karena pemeriksaan spesimen juga menurun. Ia mengakui di H+9 dari awal libur panjang memang ada sedikit kenaikan kasus.
"Kita bisa amati, kalau kasus tidak meningkat lebih tinggi (dari sebelum libur) artinya ada kerja sama nasional dan masyarakat dalam mengantisipasi kenaikan kasus. Artinya telah berjalan dengan baik," katanya.
Wiku mengklaim kasus virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) di Indonesia terkendali. Ini terlihat dari jumlah kasus aktif yang terus menurun dan pasien yang sembuh bertambah.
"Kalau kita lihat perkembangan kasus nasional selama ini, sebenarnya telah menunjukkan tanda-tanda bahwa kasus Covid-19 di Indonesia relatif terkendali," katanya.
Wiku menyebutkan angka kasus aktif atau orang yang sedang sakit di Indonesia kini sebanyak 12,52 persen, sedangkan dunia masih 26,79 persen. Jadi, dia melanjutkan, persentase angka kesakitan Indonesia lebih rendah dan selisihnya 14,27 persen. Bahkan, ia mengeklaim kasus aktif turun dari waktu ke waktu.
Tak hanya itu, ia mengklaim jumlah pasien yang sembuh di Tanah Air juga naik yang sudah 84,14 persen per hari ini, sedangkan dunia masih 70,71 persen. Artinya, dia melanjutkan selisih kasus kesembuhan Indonesia dan dunia 13,4 persen dan kesembuhan di Tanah Air lebih tinggi dibandingkan global.
"Ini tren yang baik dan jadi prestasi nasional bersama, masyarakat maupun pemerintah bisa bersama-sama mengendalikan kasus," ujarnya.