REPUBLIKA.CO.ID, oleh Sapto Andika Candra, Rr Laeny Sulistyawati,
Amri Amrullah
Pemerintah merilis ada penambahan kasus konfirmasi positif Covid-19 sebanyak 2.853 orang dalam 24 jam terakhir. Angka ini kembali membawa penambahan kasus di kisaran 2.000-an, sama seperti saat libur panjang Maulid Nabi pekan lalu saat kapasitas pemeriksaan menurun drastis.
Padahal dalam empat hari terakhir, angka kasus kembali ke atas 3.500-an per hari, seiring dengan kapasitas spesimen yang meningkat. Penurunan kasus baru hari ini memang sejalan dengan turunnya kapasitas pemeriksaan spesimen.
Per Senin (9/11) ini, kapasitas pemeriksaan 'hanya' 34.365 spesimen. Angka ini turun dibanding kapasitas pemeriksaan pada Ahad (8/11) kemarin sebanyak 35.588 spesimen, Sabtu (7/11) dengan 38.249 spesimen, atau Jumat dengan 38.091 spesimen.
Pemerintah mengakui ada kecenderungan penurunan kapasitas testing setiap tanggal merah atau hari libur. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam keterangan pers pekan lalu menilai perlu dilakukan evaluasi operasional laboratorium di seluruh Indonesia.
"Menurut analisis data terjadi penurunan testing setiap akhir minggu atau saat libur panjang. Ini merupakan salah satu tantangan yang sedang kita coba selesaikan," ujar Wiku pekan lalu.
Pada penambahan kasus hari ini, DKI Jakarta kembali menyumbang angka tertinggi yakni 716 kasus baru. Menyusul kemudian Jawa Tengah dengan 619 kasus baru, Jawa Barat dengan 330 kasus, Jawa Timur dengan 234 kasus, dan Sumatra Barat dengan 126 kasus. Total kasus konfirmasi yang tercatat di Indonesia sebanyak 440.569 kasus Covid-19.
Jumlah pasien yang sembuh juga bertambah 3.968 hari ini. Sehingga angka kumulatif pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh sebanyak 372.266 orang. Sementara kasus kematian bertambah 75 orang hari ini, menjadikan angka kumulatif kasus kematian dengan status positif Covid-19 sebanyak 14.689 orang.
Pada hari ini, Satgas Penanganan Covid-19 mengklaim kasus Covid-19 di Indonesia terkendali. Ini terlihat dari jumlah kasus aktif yang terus menurun dan pasien yang sembuh bertambah.
"Kalau kita lihat perkembangan kasus nasional selama ini, sebenarnya telah menunjukkan tanda-tanda bahwa kasus Covid-19 di Indonesia relatif terkendali," kata Wiku saat berbicara di konferensi virtual BNPB bertema Pengadaan Vaksin dan Penanganan Covid-19, Senin (9/11).
Wiku menyebutkan angka kasus aktif atau orang yang sedang sakit di Indonesia kini sebanyak 12,52 persen, sedangkan dunia masih 26,79 persen. Jadi, dia melanjutkan, persentase angka kesakitan Indonesia lebih rendah dan selisihnya 14,27 persen.
Bahkan, ia mengeklaim kasus aktif turun dari waktu ke waktu. Tak hanya itu, ia mengeklaim jumlah pasien yang sembuh di Tanah Air juga naik yang sudah 84,14 persen per hari ini, sedangkan dunia masih 70,71 persen. Artinya, dia melanjutkan selisih kasus kesembuhan Indonesia dan dunia 13,4 persen dan kesembuhan di Tanah Air lebih tinggi dibandingkan global.
"Ini tren yang baik dan jadi prestasi nasional bersama, masyarakat maupun pemerintah bisa bersama-sama mengendalikan kasus," katanya.
Update situasi terkini perkembangan #COVID19 di Indonesia (9/11)
(Sebuah utas)#BersatuLawanCovid19 #dirumahaja #JagaJarak #adaptasikebiasaanbaru pic.twitter.com/c34aKdZ36k
— Kemenkes RI (@KemenkesRI) November 9, 2020
Kendati demikian, ia menyebutkan kasus meninggal akibat Covid-19 di Indonesia masih 3,34 persen, sedangkan di dunia 2,5 persen. Wiku mengakui angka kematian di Indonesia masih sedikit di atas global sebesar 0,84 persen.
Terkait peningkatan kasus Covid-19 di dunia termasuk Eropa, Wiku meminta Indonesia harus benar-benar waspada menjaga perbatasan, termasuk kedatangan pekerja migran, kemudian jamaah umrah yang akan kembali ke Tanah Air.
"Kita harus betul-betul menerapkan karantina dan testing swab dengan baik agar tidak ada imported case ke Indonesia," katanya.
Wiku optimistis selama Indonesia bisa menjaga kondisi ini, bisa saja kasus di tempat lain naik tetapi di Indonesia tetap terjaga. Sebab, Indonesia sudah berpengalaman selama delapan bulan bekerja sama.
Epidemiolog dari Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono menilai, Indonesia belum bisa disebut berhasil mencegah dan menangani Covid-19. Ia memberikan ilustrasi, jumlah kasus positif Covid-19 Indonesia lebih banyak dari Filipina tetapi jumlah testing harian Indonesia masih kalah dari Filipina.
Hal yang sama ketika Indonesia dibandingkan dengan India. Menurut dia, secara kasus India memang lebih tinggi dibandingkan Indonesia, namun jumlah kemampuan testing harian India jauh lebih besar dibandingkan Indonesia. Ia menilai seharusnya dengan jumlah penduduk yang juga besar, kemampuan testing harian Indonesia hampir sama dengan India.
"Jadi memang tidak ada negara yang benar-benar bisa dibandingkan dalam penanganan Covid-19 ini," jelas dia.
Untuk Indonesia, menurut dia, bisa jadi juga pihak lain menganggap berhasil karena sampai sekarang kasusnya masih jauh lebih sedikit dibanding jumlah penduduknya. Padahal, itu juga karena faktor jumlah testing harian di Indonesia yang sedikit, dibanding beberapa negara lain.
Ketimpangan jumlah testing antara Jakarta dan daerah lainnya juga disoroti Tri Yunis. Jika Satgas tidak menggenjot peningkatan kapasitas testing daerah lain, maka kondisinya akan terus seperti sekarang.
"Dipastikan kasus Covid-19 sebenarnya masih banyak yang belum ditemukan. Jadi ini juga sangat berbahaya," terangnya.