REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN -- Jembatan penghubung dua desa di Kabupaten Kuningan ambruk akibat terkikis air saluran irigasi yang mengalir deras, Ahad (8/11) sekitar pukul 09.30 WIB. Peristiwa itu menyebabkan akses penghubung dua desa menjadi terputus.
Adapun dua desa yang dihubungkan jembatan tersebut adalah Desa Ciherang dan Desa Jambar, Kecamatan Kadugede. Jembatan itu berlokasi di Dusun Manis RT 04 RW 01 Desa Ciherang, Kecamatan Kadugede.
Berdasarkan data Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan, jembatan yang ambruk itu memiliki panjang 20 meter, tinggi delapan meter, dan lebar enam meter. Peristiwa tersebut menyebabkan jembatan tidak bisa dilewati kendaraan roda dua dan roda empat.
"Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut," ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kuningan, Indra Bayu kepada Republika, Ahad (8/11).
Indra mengatakan, ambruknya jembatan itu membuat akses masyarakat Desa Ciherang menuju Desa Jambar, begitu pula sebaliknya, menjadi sulit. Mereka harus memutar jalan melalui Desa Cikadu sejauh lima kilometer.
"Ambruknya jembatan itu disebabkan oleh air saluran irigasi yang deras sehingga mengikis penyanggah jembatan,’’ terang Indra.
Setelah menerima laporan mengenai peristiwa tersebut, BPBD Kabupaten Kuningan langsung menurunkan tim assessment ke lokasi. Aparat desa setempat pun berkoordinasi dengan pihak kecamatan, BPBD dan TNI/Polri.
Untuk mencegah timbulnya korban, aparat desa bersama petugas kepolisian telah memasang rambu-rambu peringatan di sekitar lokasi kejadian.
Hingga Ahad (8/11) siang, jembatan tersebut masih belum bisa bisa dilalui kendaran, baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat. Untuk pembuatan jembatan darurat, masih dikordinasikan oleh aparat Desa Ciherang dan aparat Desa Jambar.
Sementara itu, selain jembatan ambruk, BPBD Kabupaten Kuningan juga menerima laporan mengenai pohon tumbang di ruas Jalan Dr Ir Soekarno, Kelurahan Purwawinangun, Kecamatan Kuningan, pada Sabtu (7/11) pukul 18.30 WIB.
"Tidak ada korban jiwa. Namun, arus lalu lintas dari arah Jalan Dr Ir Soekarno menuju arah bunderan lampu merah Cijoho sempat tertutup pohon tumbang tersebut," ujar Indra.
Indra mengatakan, pohon itu tumbang setelah hujan dengan intensitas lebat mengguyur hampir dua jam pada sore harinya. Setelah pohon tumbang, masyarakat beserta petugas pemadam kebakaran, kepolisian dan BPBD bergotong royong melakukan pemotongan dan membersihkan pohon yang tumbang.
"Arus lalu lintas sudah bisa dilalui kembali malam itu juga pukul 20.30 WIB," kata Indra.
Memasuki musim penghujan, Indra mengimbau, masyarakat di Kabupaten Kuningan untuk mewaspadai bencana yang mungkin terjadi. "Terutama jika turun hujan dengan intensitas tinggi selama lebih dari dua jam," ujar Indra.
Indra menyatakan, pihaknya juga telah memetakan beberapa daerah rawan bencana di wilayah mereka. Untuk daerah rawan banjir, dipetakan terjadi di 14 desa yang tersebar di lima kecamatan, pergerakan tanah berpotensi terjadi di lima desa yang tersebar di lima kecamatan serta tanah longsor berpotensi terjadi di 42 desa yang tersebar di 21 kecamatan.
Indra menambahkan, BPBD Kabupaten Kuningan juga telah berkoordinasi dengan BBWS Citanduy dan BBWS Cisanggarung untuk pemantauan debit air di dua sungai besar. Yaitu, Sungai Cijolang dan Sungai Cisanggarung.
"Jika ada peningkatkan debit air, akan langsung diinfokan ke Pusdalops," ucap Indra.
Berdasarkan data dari BMG Stamet Kertajati, Kabupaten Majalengka, sebagian besar kecamatan di Kabupaten Kuningan sudah masuk musim hujan pada November dasarian I. Hanya ada dua kecamatan yang diprakirakan memasuki musim hujan pada November dasarian III, yakni Kecamatan Cigandamekar dan Japara.